Serangan Hamas ke Israel beralasan, MUI dan PBNU ikut berbincang

Israel mulai Senin (9/10) melakukan “pengepungan total” terhadap Gaza dengan mematikan saluran listrik dan air, menghentikan pengiriman makanan dan bahan bakar. “Kami berperang melawan tindakan kemanusiaan yang tidak manusiawi, dan kami bertindak sesuai dengan hal tersebut,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant sambil terus meningkatkan serangan udara terhadap daerah kantong berpenduduk 2,3 juta orang tersebut.

Serangan balik Israel ini merupakan respons atas serangan Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10) lalu, yang paling masif dalam beberapa dekade terakhir. Sejauh ini, lebih dari 1.200 orang tewas, baik di Israel maupun Gaza. Sementara dua ribu lainnya luka-luka.

FILE - Jusuf Kalla, diwawancarai Reuters di Jakarta, 20 Juni 2016. (Reuters/Beawiharta)

FILE – Jusuf Kalla, diwawancarai Reuters di Jakarta, 20 Juni 2016. (Reuters/Beawiharta)

Diwawancarai KILAT NUSANTARA Minggu malam (8/10), mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta semua pihak melihat jernih persoalan ini karena menilai serangan Hamas adalah hal yang wajar.

“Negara atau bangsa yang diduduki tentu ingin merdeka, ingin merdeka. Semua negara melakukannya. Seperti Indonesia, pertama-tama kita berperang melawan Belanda karena ingin merdeka. Tentu saja itu alasannya,” komentarnya.

(Jadi alasan Hamas menyerang Israel bisa diterima?).

Tapi mereka yang mendukung Israel seperti Amerika pasti menganggap serangan Hamas itu tidak benar,” imbuhnya.

MUI: Serangan Hamas tidak akan terjadi jika Israel menganut solusi dua negara

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim. “Serangan ini tidak akan dilakukan Hamas jika Israel tetap berpegang pada solusi dua negara yang ditetapkan PBB,” ujarnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim.  (Foto pribadi)

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim. (Foto pribadi)

Lebih lanjut ia menambahkan “solusi solusi dua negara Hal ini sangat moderat namun tidak bisa dilaksanakan karena terdapat pelanggaran yang sangat mendasar. Beberapa kali sering dilanggar, apalagi baru-baru ini di Masjid Al Aqsa yang kenyamanan jamaahnya dalam beribadah terganggu, azan tidak diperbolehkan, dan orang-orang Yahudi meniup terompet yang sangat meresahkan.”

Sudarnoto menilai, “kesalahan yang dilakukan Israel sudah sangat menumpuk dan masyarakat di Palestina, terutama faksi-faksi yang ada seperti Hamas, juga ikut marah. Jadi yang dilakukan Hamas adalah upayanya yang kesekian kalinya untuk memerdekakan Palestina.” memang beresiko tinggi karena pada akhirnya warga sipil menjadi korban, baik di Palestina maupun Israel.”

Namun Sudarnoto menyerukan pendekatan kemanusiaan dan keadilan digunakan untuk mencari solusi dan menghentikan kekerasan di wilayah tersebut.

PBNU meminta anggota tetap DK PBB tidak menggunakan hak veto untuk membela satu pihak saja

Melihat semakin banyaknya korban jiwa dan luka akibat pertempuran antara Israel dan Hamas, apapun alasannya, Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf menyerukan segera diakhirinya kekerasan yang berujung pada perang ini. “Hentikan kekerasan di kedua wilayah tersebut,” kata Gus Yahya, Senin sore (9/10).

Ketua PBNU KH.  Yahya Cholil Staquf.  (Foto pribadi)

Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf. (Foto pribadi)

Gus Yahya yang aktif dalam kampanye perdamaian global dan kerap mengedepankan agama sebagai solusi konflik dunia, menyerukan kepada anggota tetap Dewan Keamanan PBB “untuk tidak menggunakan hak veto hanya untuk membela satu pihak.”

“Masyarakat internasional harus bertindak dengan langkah yang lebih tegas menuju penyelesaian masalah Israel dan Palestina yang adil sesuai dengan hukum dan perjanjian internasional yang ada,” tegasnya.

Ulama yang aktif mendorong agama menjadi solusi konflik global ini juga meminta Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB untuk tidak menggunakan Hak Veto hanya untuk membela satu pihak. “Keadilan dan kemanusiaan harus dijadikan landasan sikap yang mutlak,” ujarnya.

Gus Yahya: “Lakukan Seruan Identitas dan Keagamaan untuk Penyelesaian Konflik”

Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, mengajak semua pihak untuk tidak menggunakan identitas agama dan seruan untuk memupuk permusuhan, melainkan “menggelar upaya penyelesaian konflik di semua tingkatan, baik di struktur politik maupun di tingkat masyarakat. “

Di akhir wawancara khusus KILAT NUSANTARA dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ia memperingatkan dampak luas yang akan dirasakan banyak negara jika pertempuran antara Israel dan Hamas terus berlanjut; apalagi jika Israel melancarkan serangan darat, seperti rumor yang beredar. Selain memakan korban jiwa, Jusuf Kalla menilai perang di Gaza akan semakin mempersulit upaya normalisasi hubungan yang ingin dicapai beberapa negara di Timur Tengah dengan Israel, khususnya dengan Arab Saudi.

“…Negara-negara seperti Saudi, UEA, Qatar kini berada dalam posisi sulit. Kalau memberikan dukungan kepada Palestina, nanti akan sulit (dalam hubungan dengan Israel). Jika Anda tidak memberikan dukungan kepada Palestina, maka di negara Anda sendiri juga akan sulit. “Jadi Saudi atau negara lain sekarang berada dalam posisi sulit ke depan,” ujarnya. [em/jm]

Tinggalkan Balasan