Indonesia Kecam Serangan Israel terhadap Rumah Sakit di Gaza

Indonesia Kecam Serangan Israel terhadap Rumah Sakit di Gaza

Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap rumah sakit Al-Ahli di Gaza. Sedikitnya 500 nyawa melayang akibat kejadian ini.

Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan meski hingga saat ini belum dapat dipastikan secara independen pihak mana yang menjadi penyebab ledakan maut tersebut. Israel dan Hamas saling tuding sebagai pelakunya, bahkan ada dugaan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh kesalahan peluncuran roket atau rudal yang dilakukan oleh kelompok Jihad Islam Palestina.

Indonesia juga mengutuk serangan Israel terhadap RS Al-Ahli, ini jelas merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional, kata Jokowi seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (19/10).

Indonesia, kata Jokowi, juga mengutuk keras tindakan kekerasan yang terjadi di Gaza yang semakin banyak memakan korban warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Atas kejadian tersebut, ia telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi untuk menghadiri pertemuan luar biasa para menteri luar negeri OKI, di Jeddah, Arab Saudi. Selain itu, kata Jokowi, pemerintah juga terus berupaya mengevakuasi WNI yang masih belum bisa pulang ke tanah air karena kondisi lapangan.

Jokowi menegaskan, Indonesia tidak akan tinggal diam melihat korban sipil terus meningkat dan ketidakadilan terhadap rakyat Palestina. Indonesia bersama OKI, kata dia, menyerukan dunia untuk segera menghentikan eskalasi dan penggunaan kekerasan.

“Juga fokus pada masalah kemanusiaan dan menyelesaikan akar permasalahannya yaitu pendudukan Israel di Palestina. Kini adalah waktunya bagi dunia untuk bersatu membangun solidaritas global untuk menyelesaikan masalah Palestina secara adil dan menerapkan parameter internasional yang disepakati. “Hal ini akan terus disuarakan oleh Indonesia dalam berbagai kesempatan dan forum internasional, termasuk pada pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Arab Saudi dan KTT ASEAN-JCC besok,” tegas Jokowi.

Sementara itu, Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Agung Nurwijono mengapresiasi sikap Jokowi dalam menyikapi permasalahan Palestina-Israel. Namun, dia menggarisbawahi bahwa panggilan saja tidak cukup. Agung memandang Indonesia harus mengambil langkah lain yang sifatnya lebih proaktif.

Terlepas dari berbagai langkah multilateral yang dapat terus dilakukan dan didorong oleh Indonesia, menurutnya, Presiden Jokowi dapat berdiskusi dengan negara mitra atau negara yang cenderung dekat dengan Israel untuk mendorong diakhirinya berbagai kekerasan yang terjadi saat ini.

“Bertemu dengan Xi Jinping OK, bertemu Putin OK, sekarang dengan Amerika sendiri dalam konteks mendorong langkah-langkah untuk meredakan konflik itu sendiri. Sebab semua langkah kini harus diambil dalam rangka menggalang dukungan internasional. Kami tidak tahu titik masuk“Kita dapat dari mana, tapi setidaknya ini adalah hal-hal yang perlu diupayakan dalam konteks politik luar negeri Indonesia,” kata Agung.

Menurutnya, sejauh ini berbagai seruan internasional dan langkah multilateral dalam upaya mengatasi masalah tersebut cenderung belum membuahkan hasil. Oleh karena itu, kata dia, segala tindakan harus segera dilakukan agar kekerasan dapat segera dihentikan.

“Itu sesuatu yang cukup ironis, padahal Sekjen PBB sudah mengatakan (pernyataan) ini ironis. Dunia mempunyai rezim internasional tetapi rezim tersebut tidak berfungsi, artinya harus ada cara lain. Secara umum, metode multilateral seperti pertemuan OKI dan Liga Arab telah diterapkan. Tapi, itu hanya berakhir pada titik kritik. Harus benar-benar ada dorongan diplomasi yang dilakukan baik oleh negara-negara besar maupun pihak-pihak berkepentingan lainnya untuk meredakan konflik. “Dalam konteks saat ini, peran AS tetap penting dan perlu didorong,” tutupnya. [gi/ab]

Tinggalkan Balasan