Momentum keketuaan ASEAN penting tidak hanya untuk mengukuhkan peran suatu negara sebagai pemimpin di kawasan, namun juga untuk memastikan keselarasan agenda dalam forum ini dengan kepentingan nasional negara yang diberi mandat untuk memimpin.
Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto Suryodipuro mengatakan, saat menjabat sebagai ketua ASEAN, komitmen utama Indonesia adalah menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Data menunjukkan kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, masih tumbuh kuat di tengah perlambatan ekonomi global.
Berbicara dalam diskusi mengenai capaian Indonesia sebagai ketua ASEAN yang berlangsung di kantor Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Selasa (21/11), Sidharto Suryodipuro menjelaskan bahwa pada tahun 2024, ASEAN akan mempunyai visi baru yang disebut “Visi 2045” yang mana merupakan simbol bahwa seluruh kawasan Asia Tenggara telah lepas dari penjajahan, padahal tahun kemerdekaan negara-negara di kawasan ini sebenarnya berbeda.
Lebih lanjut dikatakannya, salah satu hal yang menjadikan ASEAN penting bagi seluruh negara di kawasan Asia Tenggara adalah bagaimana membuat proses pengambilan keputusan di forum ini menjadi lebih efektif.
“Jadi tahun ini disepakati prosedur regulasi terkait proses pengambilan keputusan saat krisis. Jadi, belajar dari pengalaman beberapa tahun terakhir saat pandemi (COVID-19), penanganan isu Myanmar, ketika terjadi krisis, bagaimana ASEAN bisa merespon dengan cepat,” tuturnya.
ASEAN sebagai Pusat Pertumbuhan
Ketika Indonesia menjadi ketua ASEAN, beberapa hal penting disepakati, seperti: deklarasi tentang pemberantasan perdagangan manusia karena penyalahgunaan teknologi (penipuan daring) dan pelaksanaan Dialog Hak Asasi Manusia ASEAN setiap tahun.
Selain itu, ada empat negara yang menandatangani TAC (Agreement of Friendship and Cooperation in Southeast Asia) tahun ini, yaitu Arab Saudi, Serbia, Panama, dan Kuwait. Dengan demikian terdapat lebih dari 50 negara, termasuk sepuluh negara ASEAN yang dapat mengakses TAC.
Terkait ASEAN sebagai pusat pertumbuhan, Sidharto mengatakan populasi ASEAN yang berjumlah sekitar 670 juta jiwa memiliki kekuatan ekonomi yang sangat signifikan dan terus berkembang. Asia Tenggara merupakan kawasan yang terbuka bagi semua negara, terutama negara-negara besar, yang mempunyai kepentingan terhadap stabilitas dan pertumbuhan Asia Tenggara.
Isu Myanmar
Khusus upaya penyelesaian konflik di Myanmar, Sidharto mengatakan Indonesia dalam kapasitasnya sebagai ketua ASEAN tahun ini telah melakukan diplomasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Ia mengaku telah mencapai sejumlah kemajuan, seperti akses pengiriman bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Myanmar.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, termasuk melibatkan para petinggi dan diplomat untuk mencari solusi terbaik bagi Myanmar, hingga kini belum ada solusi bagi negeri gajah putih tersebut.
Tantangan utama ASEAN ke depan adalah merespons situasi geopolitik yang semakin meningkat. ASEAN akan melakukan pendekatan aktif dan produktif terhadap semua negara, tidak hanya terbatas pada satu negara tertentu.
“Tantangan ASEAN juga bagaimana menjaga kesatuan dan sentralitas ASEAN. Sepuluh negara ini ditambah Timor Leste merupakan kawasan yang sangat beragam dalam berbagai aspek,” kata Sidharto.
Beberapa “pekerjaan rumah”
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pasar dan Daya Saing di Prospera di Australia Indonesia Partnership for Economic Development Dr Julia Puspa Dewi Tijaja menjelaskan, total produk domestik bruto seluruh negara ASEAN sudah mencapai US$ 6 triliun, dan itu bagus.
Tahun lalu ASEAN menjadi eksportir terbesar keempat di dunia dan tujuan investasi terbesar kedua di dunia setelah Amerika.
Secara keseluruhan, ASEAN merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia, dan terbesar kelima di dunia setelah Amerika, Tiongkok, Jepang, dan Jerman.
Namun di masa depan, tambahnya, ASEAN akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dan mengembangkan daya saing adalah satu-satunya cara untuk tetap kompetitif. Hal ini mencakup upaya mendorong ekonomi digital, ekonomi ramah lingkungan, ekonomi pemanfaatan sumber daya kelautan, dan ekonomi kreatif.
“Jadi pencapaian utama kita adalah mempercepat dimulainya perundingan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital. Transisi menuju ekonomi hijau (ramah lingkungan). Di bawah kepemimpinan Indonesia, selain persetujuan pengembangan ekosistem kendaraan listrik regional, juga ada adopsi Strategi ASEAN untuk Netralitas Karbon,” kata Julia.
Menurut Julia, blue economy atau pemanfaatan sumber daya kelautan menjadi sumber pertumbuhan baru. Meskipun ekonomi kreatif belum besar, namun potensi pertumbuhan ekonominya besar.
Yang terpenting, tegasnya, Indonesia perlu menindaklanjuti perjanjian dan komitmen ASEAN di tingkat nasional. [fw/em]