Vale Base Metals Akan Berinvestasi $10 Miliar di Indonesia

Vale Base Metals, salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia, berkomitmen untuk menginvestasikan $10 miliar di Indonesia selama 10 tahun ke depan untuk memenuhi permintaan logam seperti nikel dan tembaga untuk produksi kendaraan listrik, kata kepala eksekutifnya pada Kamis (7/9 ).

Investasi ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk mengalokasikan $25 miliar hingga $30 miliar pada proyek-proyek baru di Brasil, Kanada, dan Indonesia selama dekade berikutnya.

Keputusan Vale akan memperkuat ambisi Indonesia untuk menjadi pusat global bahan baterai kendaraan listrik bahkan kendaraan itu sendiri. Indonesia yang tercatat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara memiliki cadangan bijih nikel dan tembaga serta bauksit hingga aluminium terbesar di dunia.

Melalui anak perusahaannya PT Vale Indonesia Tbk, Vale Base Metals mengembangkan dua pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co dari China dan mitra lainnya.

Para pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, 30 Maret 2023. (Foto: Reuters)

Pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, 30 Maret 2023. (Foto: Reuters)

Fasilitas tersebut akan menghasilkan deposit hidroksida campuran (MHP) dari nikel, bahan yang digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik.

Vale juga bermitra dengan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd dari Tiongkok dan unit China Baowu Steel Group Corp. Ltd untuk membangun pabrik feronikel.

Proyek-proyek ini akan meningkatkan kapasitas penyulingan Vale Indonesia dari sekitar 75.000 metrik ton per tahun menjadi hampir 300.000 ton, kata CEO Vale Base Metals Deshnee Naidoo.

“Jika semua rencana berjalan dengan baik, hal ini akan terjadi dalam lima hingga delapan tahun ke depan. “Ini adalah investasi yang serius dan kami berkomitmen,” kata Naidoo dalam wawancara dengan Reuters di sela-sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta.

Pada proyek Pomalaa di Vale, perusahaan tersebut menginvestasikan $1 miliar pada tambangnya saja dan telah memulai pekerjaan awal pada fasilitas HPAL. Pabrik HPAL senilai $3,5 miliar akan dikembangkan bersama dengan Huayou, dengan produsen mobil AS Ford Motors mengambil 17% saham dan mengatur pembiayaannya, kata Naidoo.

Vale juga telah mulai mengerjakan proyek HPAL Sorowako yang akan menghasilkan 60.000 ton PLTMH setiap tahunnya.

“Kami kini menjajaki kemitraan untuk lebih memperdalam hilirisasi proyek-proyek ini,” kata Naido seraya menambahkan bahwa ia terbuka untuk bermitra dengan produsen mobil untuk proyek Vale di Indonesia setelah berkolaborasi dengan Ford.

Vale juga menjajaki tambang tembaga di Nusa Tenggara Barat, yang memiliki potensi sebesar tambang tembaga Grasberg di Indonesia bagian timur.

Grasberg adalah tambang tembaga terbesar kedua di dunia, dioperasikan oleh unit Freeport McMoran.

Keputusan investasi proyek tembaga diperkirakan akan diambil sekitar tahun 2026. [ab/lt]

Tinggalkan Balasan