Operasi Serangan Darat untuk Joget Bersama

Latihan gabungan “Super Garuda Shield 2023” (SGS) yang dimulai pada 31 Agustus di berbagai lokasi, Senin (11/9), diakhiri dengan latihan penyerangan sasaran operasional di darat. Ribuan tentara setidaknya dari lima negara – yaitu Indonesia, Amerika Serikat (AS), Singapura, Jepang, dan Australia – mengikuti latihan terakhir yang dikenal dengan “Latihan Tembakan Senjata Gabungan” (CALFEX).

Terdapat juga puluhan kendaraan tempur, antara lain pesawat tempur F-16 TNI AU, penembak roket, dan helikopter serang Apache milik Indonesia dan AS; serta tank Abrams Australia. Dalam skenarionya, latihan tersebut dimaksudkan untuk menghancurkan markas musuh terakhir yang tersisa.

Diawali dengan dukungan tembakan udara (BTU) dari dua pesawat tempur F-16 milik TNI-AU, disusul tembakan roket dari peluncur milik Indonesia dan AS. Kemudian dua helikopter Apache milik TNI-AD dan US Army serta satu helikopter milik Marinir AS berperan melumpuhkan senjata terakhir pertahanan musuh.

Peserta lomba berjalan menggunakan bakiak yang terdiri dari campuran prajurit berbagai negara yang terjatuh setelah kakinya tidak kompak saat berjalan.  (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Peserta lomba berjalan menggunakan bakiak yang terdiri dari campuran prajurit berbagai negara yang terjatuh setelah kakinya tidak kompak saat berjalan. (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Setelah ruang pertahanan musuh dibuka, tentara serbu dari Indonesia, Amerika, Jepang, Singapura, dan Australia bergerak membuka ruang dengan menghancurkan sisa ranjau. Serangan terakhir ditandai dengan majunya formasi gabungan tank Leopard milik TNI-AD dan tank Abrams milik Angkatan Darat Australia. Pangkalan musuh, yang diilustrasikan dengan bendera sasaran raksasa, berhasil direbut dalam waktu kurang dari dua jam.

Latihan puncak di penghujung acara SGS 2023 disaksikan oleh para pemimpin tertinggi dari masing-masing negara peserta – yaitu dari india, Amerika, Australia, Jepang, Singapura, Inggris dan Perancis – ditambah 12 negara pengamat yaitu Brazil, Brunei, Kanada, Jerman, India, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, Korea Selatan, dan Timor Leste.

Panglima Divisi Infanteri II Kostrad Mayjen TNI Haryanto mengatakan, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini jumlah negara yang mengikuti latihan kali ini meningkat signifikan.

Peserta lomba yang terdiri dari campuran prajurit berbagai negara konsentrasi meletuskan balon tim lain dalam acara Culture Day pada Selasa (12/9) di Marine Center, Baluran, Jawa Timur.  (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Peserta lomba yang terdiri dari campuran prajurit berbagai negara konsentrasi meletuskan balon tim lain dalam acara Culture Day pada Selasa (12/9) di Marine Center, Baluran, Jawa Timur. (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

“Pada tahun 2022 jumlah pasukan darat akan lebih besar. Namun pada tahun 2023 justru menggabungkan olahraga “yang melibatkan tiga dimensi yaitu angkatan darat, angkatan laut, dan udara, dengan jumlah yang cukup besar,” jelas Haryanto.

Namun ada beberapa latihan yang terpaksa dibatalkan, seperti operasi di lapangan terbang akibat erupsi Gunung Semeru.

Sementara itu, Mayor Jenderal Jered Helwig, Panglima Komando Keberlanjutan Teater ke-8 Angkatan Darat AS, mengatakan TNI berhasil menunjukkan kemampuan mengoordinasikan perbedaan antar negara peserta. “Sungguh menakjubkan melihat cara kita bekerja sama, masing-masing negara membangun ikatan yang kuat seperti yang baru kita lihat di CALFEX. Sungguh menakjubkan melihat negara kita bersatu dengan Indonesia, TNI baik-baik saja,” kata Helwig.

Saat ditanya KILAT NUSANTARA apakah latihan militer gabungan ini juga menjadi dasar untuk mencegah tindakan yang mengganggu stabilitas kawasan seperti di Laut Cina Selatan, Helwig hanya menjawab bahwa ini hanyalah latihan militer gabungan tanpa ada kaitannya dengan kepentingan politik pemerintah. Ia berharap SGS 2023 dapat menjadi landasan latihan militer gabungan selanjutnya di masa depan.

Prajurit Marinir AS terlihat sangat antusias mengikuti acara tari khas Banyuwangi pada Selasa (12/9) di Pusdiklat Korps Marinir, Baluran, Jawa Timur.  (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Prajurit Marinir AS terlihat sangat antusias mengikuti acara tari khas Banyuwangi pada Selasa (12/9) di Pusdiklat Korps Marinir, Baluran, Jawa Timur. (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Hari Kebudayaan, Tari Bersama dan Lomba Augustan

Culture Day merupakan acara pamungkas untuk melepas kepenatan dan penat setelah latihan bersama selama dua minggu terakhir. Tim senam aerobik dengan membawakan lagu khas Maumere Gemu Fa Mi Re membuka acara budaya ini. Ratusan tentara berputar dan menari mengikuti pelantun utama lagu tersebut.

Tak puas dengan Gemu Fa Mi Re, para prajurit menari bersama tim tari Banyuwangi yang juga mengikuti acara di Pusdiklat Marinir ke-5, Baluran, Jawa Timur.

Usai menari bersama, digelar berbagai perlombaan khas perayaan HUT RI 17 Agustus seperti lomba bakiak, lomba estafet hula hup, lomba meletuskan balon, dan lomba memasang peniti di botol. Para prajurit yang dikenal serius saat latihan bersama, kali ini tampil santai, terjatuh dan saling menertawakan rekan satu sama lain. Menang atau kalah sepertinya tidak menjadi masalah karena yang mereka nikmati hanyalah kebersamaan di hari-hari terakhirnya.

Kompetisi final yang paling ditunggu-tunggu adalah kompetisi tarik tambang. Kompetisi ini sangat ditunggu-tunggu oleh setiap prajurit karena merupakan ajang unjuk kekuatan fisik. Mereka menilai menjuarai kompetisi ini sebagai prestasi yang membanggakan.

Culture Day ditutup dengan penampilan band dan grup musik lokal di atas panggung.

Latihan gabungan “Super Garuda Shield 2023”, yang hanya beberapa minggu setelah latihan “Talisman Sabre” di Australia, merupakan salah satu dari lebih dari 40 latihan militer dan gabungan yang diikuti AS setiap tahun, sebagai bagian dari Operation Pathways. Departemen Pertahanan AS menyebut operasi ini sebagai kumpulan latihan multinasional di Indo-Pasifik, yang merupakan pilar utama strategi pencegahan terintegrasi AS.

Meningkatnya kemauan sekutu dan mitra untuk berpartisipasi dalam latihan multinasional di Indo-Pasifik merupakan indikator utama bahwa strategi AS di kawasan ini membuahkan hasil. [iy/em]

Tinggalkan Balasan