Presiden Joko Widodo mengatakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara diberi nama “Whoosh”. Jokowi pada acara peresmian, Senin (2/10) mengatakan, nama tersebut terinspirasi dari suara yang terdengar dari kereta berkecepatan tinggi dan merupakan cerminan waktu pengoperasian optimal sistem besar tersebut.
“Lagi WHOOSH, tapi membacanya wuzz. Kereta cepat Jakarta-Bandung menandai modernisasi transportasi massal kita yang efisien, ramah lingkungan dan terintegrasi dengan moda transportasi lain atau terintegrasi dengan TOD atau pembangunan yang berorientasi transit,” kata Jokowi.
Soal tarif, kata Jokowi, akan ditentukan oleh operator moda transportasi tersebut, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), dalam waktu dekat. Namun diperkirakan berkisar antara Rp 250.000-Rp 350.000. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menegaskan, pemerintah tidak memiliki target khusus kapan kereta cepat akan menghasilkan keuntungan karena yang terpenting adalah masyarakat bisa terlayani dengan baik.
Yang penting masyarakat terlayani dengan baik dan cepat karena fungsi transportasi massal di sana, bukan untung rugi. MRT itu subsidi dari Pemda DKI Rp 800 miliar. Itu baru jalur satu, jalur pendek. “Tapi, itu kan fungsi pemerintah, memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan transportasi massal agar tidak semua orang naik mobil pribadi, di semua negara seperti itu,” ujarnya.
Lalu bagaimana nasib Kereta Argo Parahyangan yang juga melayani rute Jakarta-Bandung? Jokowi mengatakan kehadiran “Whoosh” tentu akan memberikan tambahan pilihan transportasi massal kepada masyarakat. Oleh karena itu, pilihan tetap akan dikembalikan kepada masyarakat.
Saat ditanya mengenai rencana perluasan jalur kereta cepat ke Surabaya, Jokowi menegaskan rencana tersebut masih dalam tahap kajian.
“Kereta cepat dari Bandung ke Surabaya, mungkin dalam waktu dua minggu kajian pemrakarsa sudah selesai.
Masih Gratis Sampai Pertengahan Oktober
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah masih menggratiskan pengoperasian kereta cepat ini hingga pertengahan Oktober. Hal ini, kata dia, karena tingginya antusiasme masyarakat pada uji coba sebelumnya yang digelar KCIC.
“Kami melihat antusiasme yang luar biasa dimana masyarakat diajak untuk merasakan sendiri manfaat dari kereta cepat Jakarta-Bandung. Tentunya semuanya berjalan aman dan nyaman berkat kehandalan sistem yang sudah teruji.” tingginya rasa penasaran masyarakat terhadap uji coba gratis kereta cepat Jakarta-Bandung, kami sepakat hingga pertengahan Oktober ini Pak Presiden, pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung masih tidak dipungut biaya alias gratis,” kata Luhut.
Diakui Luhut, proses membangun “Whoosh” tidaklah mudah. Diakuinya, banyak kendala yang dihadapinya, mulai dari pembebasan lahan, hingga kesulitan pendanaan akibat pandemi COVID-19. Dengan berbagai tantangan tersebut, Luhut menyebut peresmian “Whoosh” hari ini sangat bersejarah.
Ia berharap dengan resmi beroperasi, “Whoosh” dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk menciptakan lapangan kerja baru dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
“Diharapkan terjadi transfer teknologi terkini, khususnya di bidang pembangunan dan modernisasi sistem perkeretaapian. Kedepannya, kereta cepat Jakarta-Bandung diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan transportasi umum guna mengurangi emisi karbon dari sektor kendaraan pribadi,” kata Luhut.
Sementara itu, pengamat transportasi Darmaningtyas yang turut hadir dalam peresmian operasi “Whoosh” mengatakan kereta cepat ini cukup memupus pesimisme masyarakat terhadap moda transportasi massal.
Dengan efisiensi waktu, ia yakin akan semakin banyak orang yang beralih menggunakan “Whoosh”. Dari segi harga, menurutnya kisaran tersebut masih cukup terjangkau bagi masyarakat.
“Kalau kita belajar dari pengoperasian KA Argo Parahyangan, kenaikan saat ini sebesar Rp 250.000 dan penumpang saat ini akhir pekan sangat lengkap artinya kalau tarifnya Rp 200.000-Rp 300.000 masih terjangkau karena efisiensi waktunya bagus. “Jadi kemarin ada keluarga yang biasa naik mobil ke Bandung, mungkin nanti akan memilih naik kereta cepat karena sehari bisa PP (pulang pergi), kalau naik mobil mungkin harus menginap di Bandung dan seterusnya,” katanya kepada KILAT NUSANTARA.
Darmaningtyas berpesan kepada pemerintah untuk terus memperluas integrasi moda transportasi lainnya dengan kereta cepat berkecepatan 350 km per jam, sehingga semakin menarik di mata masyarakat.
Ia pun berharap ke depan jika pemerintah memutuskan memperpanjang jalur kereta cepat hingga Surabaya, biayanya tidak lagi diambil dari APBN. Menurut dia, jika hal ini terulang kembali maka akan semakin memperlebar kesenjangan moda transportasi massal antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Logikanya bagus kalau sampai Surabaya, tapi menurut saya kurang bijak jika menggunakan dana APBN. Karena apa? Indonesia bukan hanya Pulau Jawa. Jadi kita juga harus memikirkan bagaimana cara membangun kereta api di sana. Kalimantan, Papua, karena mau naik kereta juga. Jadi kalau bisnis ke bisnis, Tidak masalah. Tapi kalau dibebankan sepenuhnya ke APBN, saya keberatan, karena ini soal ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa, tutupnya. [gi/ab]