Nyoman belum membeberkan dua calon emiten yang akan mencatatkan sahamnya di bursa. Namun menurut data e-IPOdua perusahaan yang resmi mencatatkan sahamnya adalah PT Sumber Sinergi Makmur, perusahaan distribusi dan instalasi peralatan Global Positioning System (GPS), dan PT Kokoh Exa Nusantara, perusahaan konstruksi.
Tren IPO menguat
Pengamat pasar modal sekaligus pendiri Traderindo.com, Wahyu Laksono mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir ada tren go public menjadi lebih kuat. Bahkan di masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021, BEI mencatatkan rekor nilai IPO terbesar di Asia Tenggara, ujarnya.
Berdasarkan catatan BEI, total penggalangan dana dari IPO saham mencapai Rp62,61 triliun pada tahun 2021, meningkat 1.022,35 persen dibandingkan tahun 2020 dan merupakan nilai penggalangan dana tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
“Pemilu sepertinya tidak menjadi beban atau kendala untuk IPO. Stabilitas politik dan kepercayaan atau kepuasan terhadap (Presiden) Jokowi bagus. Apalagi, dalam jangka panjang perekonomian Indonesia semakin menjanjikan. “Investor nampaknya percaya pada arah keberlanjutan,” kata Wahyu kepada KILAT NUSANTARA pekan lalu.
Hans Kwee, Direktur Perusahaan Manajemen Investasi Anugerah Mega Investama, mengatakan popularitas pasar modal di masa COVID-19 mendorong masyarakat dan emiten mencari dana segar melalui IPO.
Selain itu, perbankan juga semakin selektif dalam menyalurkan kredit sehingga calon emiten beralih ke pasar modal untuk mendapatkan pendanaan.
“Jadi kalau kita lihat jumlah investornya meningkat banyak. Masyarakat semakin memahami pasar modal sehingga mencari pendanaan dari pasar modal. Sejak COVID, bank juga menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan kredit. “Emiten memanfaatkan hal ini untuk mencari pendanaan ke pasar modal,” kata Hans.
Terkait pemilu, Hans sendiri melihat tahun politik akan memberikan dampak positif bagi pasar modal.
Energi terbarukan menjadi favorit
Data BEI menunjukkan antrian IPO hingga akhir tahun akan didominasi oleh emiten teknologi, bahan baku, dan konsumen non-siklus (konsumen non-siklus)
“Untuk tahun 2023, emiten transportasi keuangan konsumen sepertinya sedang menguat. “Untuk komoditas, khususnya energi, EBT (energi baru terbarukan) saat ini ‘harum’,” kata Wahyu. Hal ini sesuai dengan tren transisi energi di pasar.
Berdasarkan data e-IPO, setidaknya ada dua perusahaan energi terbarukan yang mencari pendanaan jumbo dari pasar modal.
Pertamina Geothermal Energy, anak perusahaan Pertamina yang mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi, telah sukses daftar di bursa pada Februari 2023. Perusahaan berkode bursa PGEO ini berhasil menghimpun dana segar Rp 9,05 triliun.
Berikutnya, Barito Renewables Energy (BREN), anak usaha Barito Pacific milik konglomerat Prajogo Pangestu yang pekan ini menggelar penawaran umum perdana saham.
Menurut keterangan pers BNI Sekuritas yang merupakan penjamin pelaksana emisi atau penjamin emisi utama BREN, perseroan akan tercatat di bursa pada 9 Oktober 2023. Barito Renewables Energy menargetkan dana segar Rp 3,13 triliun.
“Sebagai Penjamin Emisi Efek UtamaBNI Sekuritas berharap para investor dapat menunjukkan semangat positifnya sehingga bersama-sama kita semua dapat mewujudkan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan dan berlandaskan prinsip-prinsip Tata Kelola Lingkungan, Sosial, dan Perusahaan (ESG),” kata Direktur Investment Banking BNI Sekuritas Nieko Kusuma dalam keterangannya, Rabu (4/10).[ft/ah]