Mendorong Situs Megalit di Sulawesi Tengah Menjadi Warisan Dunia

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah pada Selasa (10/10) mencanangkan Sulawesi Tengah sebagai Negeri Seribu Megalit di Desa Kolori, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso.

Desa Kolori yang berjarak kurang lebih 123 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Poso atau 340 kilometer dari Kota Palu ini memiliki salah satu patung atau arca megalit yang dikenal dengan nama Patung Palindo.

Gubernur Sulteng Rusdy Mastura menyatakan melalui pencanangan ini diharapkan dapat mempercepat penetapan kawasan arkeologi masa prasejarah megalitik atau zaman batu besar di Sulteng sebagai warisan dunia oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). untuk Pendidikan, Sains dan Kebudayaan (UNESCO).

“Saya deklarasikan kawasan Bada, Bada, Lore, Napu, Lore Lindu sebagai kawasan Megalit. Mari kita perjuangkan menjadi warisan dunia,” kata Rusdy Mastura saat kegiatan pencanangan.

Merujuk Jurnal Museum Sulawesi Tengah 2018, situs megalitikum di Sulawesi Tengah terkonsentrasi di kawasan Taman Nasional Lore Lindu antara lain Lembah Napu, Lembah Besoa, Lembah Bada, Danau Lindu, Kulawi dan Gimpu. Terdapat 19 jenis temuan megalitik, antara lain Arca Kalamba, Arca Menhir, Menhir, dan Batu Dakon.

Peluang Wisata Megalit

Bupati Poso Verna Gladies Merry Inkiriwang mengatakan, berbagai situs megalit di kawasan itu merupakan saksi bisu peradaban yang pernah ada di kawasan tersebut. Menurutnya, hal tersebut merupakan kewajiban pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestariannya sehingga dapat menarik wisatawan dalam dan luar negeri ke Kabupaten Poso.

“Kami membuka pintu bagi wisatawan untuk menjelajahi kekayaan alam dan budaya Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Poso. Dengan mempromosikan potensi megalit tersebut, kita dapat membuka peluang baru bagi sektor pariwisata untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. masyarakat lokal,” kata Verna dalam kegiatan yang sama.

Indonesia-Festival Seribu Megalit

Indonesia-Festival Seribu Megalit

Masyarakat Berpartisipasi Melestarikan Situs Megalit

Terpantau, kegiatan peluncuran tersebut mendapat perhatian besar dari warga sekitar yang datang ke lokasi kegiatan.

Eros Sarai (54), warga Desa Kageroa, Kecamatan Lore Barat, mengatakan, masyarakat setempat telah ikut terlibat dalam pelestarian situs megalit di kawasan Lembah Bada.

“Ya, masyarakat dilibatkan. Karena yang punya bukan hanya masyarakat lokal saja, dunia pun punya. “Jadi wajar saja, kita anak daerah, anak desa di sini menjaga kelestarian ini,” kata Eros Sarai, saat ditemui KILAT NUSANTARA dalam kegiatan peluncurannya.

Warga lainnya, Yan Toki, 44 tahun, pendamping Desa Bulili, Lore Barat, mengatakan di kawasan itu terdapat cukup banyak megalit, bahkan ada yang belum memiliki nama.

“Karena di sini masih banyak situs yang masih tersebar dan belum terdata. Jika sesuatu yang baru ditemukan kemarin, saya sendiri yang menemukannya di Pekarangan. Jadi saya sudah lapor ke instansi terkait dan mereka pantau. “Dan masih banyak lagi yang belum ditemukan,” kata Yan Toki.

Indonesia-Festival Seribu Megalit

Indonesia-Festival Seribu Megalit

Dihubungi KILAT NUSANTARAIksam Djorimi, arkeolog Sulawesi Tengah menjelaskan, dari 118 situs yang sudah memiliki peta deliniasi, diperkirakan setidaknya terdapat dua hingga tiga ribu benda megalit, jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah karena setiap tahunnya selalu dilaporkan penemuan-penemuan baru. .

Jumlahnya tergantung laporan dari masyarakat atau misalnya ada yang tidak sengaja bertemu di hutan, atau juga dari penelitian. Kita paling banyak menerima sekitar 20 sampai 30 laporan setiap tahunnya,” jelasnya. Iksam yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Perlindungan Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah.

Menurut Iksam, penelitian yang dilakukan mengungkapkan sisa-sisa megalit di Sulawesi Tengah berusia antara 500 tahun hingga 5 ribu tahun.

Nenek moyang seluruh suku di Sulawesi Tengah yang tergabung dalam budaya Astronesia adalah ras Mongoloid, DNA-nya sudah kita temukan di Behoa, jelas Iksam.

Iksam meyakini pencanangan Sulteng sebagai Negeri Seribu Megalit dapat mendorong upaya pelestarian warisan budaya di Sulteng. [yl/em]

Tinggalkan Balasan