Kementerian Luar Negeri RI, pada Rabu (18/10), mengutuk keras serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza yang menewaskan ratusan warga sipil.
Melalui platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, kementerian luar negeri men-tweet “serangan itu jelas melanggar hukum kemanusiaan internasional.”
Dalam pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri juga menyatakan bahwa Indonesia mendesak “koridor aman bagi akses kemanusiaan segera dibuka” dan “masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, segera mengambil langkah nyata untuk menghentikan serangan dan tindakan kekerasan di wilayah tersebut.” Gaza, yang mengakibatkan banyak korban sipil. Banyak.”
Kementerian luar negeri juga menggarisbawahi bahwa “sudah waktunya bagi dunia untuk mempromosikan perdamaian yang adil bagi Palestina” dan bahwa “implementasi parameter internasional yang disepakati tidak dapat ditunda lagi.
Sejumlah negara mengutuk serangan Israel tersebut
Indonesia yang selalu berkomitmen memperjuangkan kemerdekaan Palestina, merupakan salah satu dari banyak negara yang mengutuk serangan Israel terhadap fasilitas medis yang kesulitan merawat warga yang terluka akibat serangan membabi buta yang dilancarkan Israel yang menargetkan kelompok militan Hamas.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan pihaknya “menentang serangan brutal” yang jelas merupakan pelanggaran terhadap semua norma dan aturan hukum internasional, termasuk hukum humaniter.
Sementara itu, Raja Yordania Abdullah II menyebut ledakan tersebut sebagai “kejahatan perang yang keji dan tidak dapat ditoleransi,” dan bersikeras bahwa “Israel menghentikan agresi brutalnya terhadap Gaza.”
Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sissi juga mengutuk serangan tersebut “dengan tegas” dan mengatakan bahwa pemboman tersebut merupakan “pelanggaran yang jelas terhadap hukum internasional.”
Uni Emirat Arab mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “serangan Israel” dan menyerukan komunitas internasional untuk “mengintensifkan gencatan senjata sesegera mungkin untuk mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, dan mencegah penyebaran ketegangan ke wilayah lain di Palestina yang diduduki Israel. dan memajukan semua upaya untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif.”
Juru bicara pemerintah Irak Bassem Al-Awadi menyebut ledakan rumah sakit itu sebagai “kejahatan perang,” dan menuduh pasukan Israel “melampaui batas.”
Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut serangan yang “menghantam rumah sakit yang dipenuhi wanita, anak-anak, dan warga sipil tak berdosa” adalah “contoh terbaru serangan Israel yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang paling mendasar.”
Erdogan lebih lanjut menyerukan “seluruh umat manusia untuk mengambil tindakan guna menghentikan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza.”
Berbicara di sela-sela Forum Belt and Road di Beijing, Tiongkok, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan terhadap rumah sakit di Gaza, dan mengatakan bahwa dia “ngeri” melihat ratusan orang tewas dalam ledakan tersebut. Dia mendesak penerapan gencatan senjata di wilayah tersebut.
Tak hanya para pemimpin negara di Timur Tengah dan badan-badan dunia, Keuskupan Episkopal Yerusalem juga mengecam ledakan rumah sakit di Gaza yang memakan banyak korban jiwa.
Keuskupan mengawasi dewan dan administrasi rumah sakit, yang didanai secara eksklusif melalui Gereja Anglikan dengan sumbangan internasional. Keuskupan Episkopal Yerusalem menetapkan hari berkabung di semua gereja dan institusinya.
“Gaza bukan lagi tempat yang aman,” kata keuskupan, seraya menyebut ledakan tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Saling menyalahkan
Sejumlah pejabat Palestina menyalahkan Israel atas serangan terhadap rumah sakit tersebut. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah terlibat dalam ledakan tersebut, dan malah menilai ledakan tersebut terjadi akibat “peluncuran roket yang gagal” dari pihak Jihad Islam, salah satu organisasi militan yang membantu Hamas melancarkan serangan. di Israel mulai 7 Oktober.
Serangan tersebut semakin memperumit posisi Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang melakukan perjalanan ke Israel untuk menekankan dukungan kuat AS terhadap negara tersebut. Tak lama setelah serangan itu, para pemimpin Timur Tengah yang sedianya mengadakan pertemuan dengan Biden, membatalkan pertemuan tersebut. Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahkan kembali ke tanah air tak lama setelah serangan terhadap rumah sakit tersebut. [em/rs]