Jokowi menyetujui Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo

Presiden Joko Widodo tak banyak bicara usai putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka yang baru-baru ini diusung Partai Golkar menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto. Namun sebagai orang tua, kata Jokowi, ia hanya bisa mendoakan dan merestui tanpa banyak campur tangan.

“Tugas orang tua hanyalah mendoakan dan menyetujui. “Keputusan semuanya.. karena kita sudah dewasa, jangan terlalu mencampuri urusan yang sudah diputuskan oleh anak kita,” ujarnya saat menghadiri apel Hari Santri Nasional Tahun 2023, di Tugu Pahlawan, Surabaya, Minggu (22/10). ).

Jokowi menambahkan, persoalan calon presiden dan wakil presiden pada kontestasi Pilpres 2024 sebaiknya ditanyakan kepada partai politik, karena menurutnya hal tersebut tidak ada kaitannya dengan dirinya.

Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Rakernas HIPMI, di ICE, BSD, Tangerang, Kamis (31/8).  (Foto: Biro Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Rakernas HIPMI, di ICE, BSD, Tangerang, Kamis (31/8). (Foto: Biro Sekretariat Presiden)

“Tanya parpol, itu wilayah parpol atau gabungan parpol atau gabungan parpol. Itu bukan urusan presiden. Musyawarah Nasional Golkar itu urusan Golkar. Urusan apa yang harus dilaporkan Golkar ke Presiden? dia menambahkan.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyatakan mendukung seluruh calon presiden dan wakil presiden yang akan bertanding di pesta demokrasi 2024.

“Dukung semuanya demi kebaikan negara ini. Semuanya cocok. Pak Anies dan Pak Muhaimin serasi, Pak Ganjar dan Pak Mahfud serasi, Pak Prabowo juga serasi, ujarnya.

Jokowi Memengaruhi

Sementara itu, Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago berpendapat, jika pada akhirnya Prabowo Subianto menentukan pilihannya pada Gibran, maka pilihan tersebut bukan semata-mata karena elektabilitas Gibran yang tinggi, melainkan karena Jokowi. memengaruhi.

Berdasarkan survei yang ada, elektabilitas Gibran sebenarnya masih jauh di bawah tokoh lain seperti Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Ridwan Kamil, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

“Sepertinya Pak Prabowo bergantung pada Pak Jokowi. Jadi kedewasaan dan percaya diri untuk menang, seolah-olah ada Jokowi di belakang Prabowo,” kata Pangi kepada KILAT NUSANTARA, Minggu (22/10).

Bersama Gibran, kata Pangi, Prabowo diyakini ingin menggaet suara generasi milenial dan generasi Z yang jumlahnya minimal 53 persen.

Meski demikian, ia menegaskan, tidak ada jaminan Prabowo mampu menggaet suara anak muda tersebut jika berpasangan dengan putra sulung Jokowi tersebut.

Putra sulung Presiden RI Joko Widodo, Gibran Rakabuming, berswafoto bersama masyarakat dalam acara Indonesia Memanggil Gibran pada Sabtu (21/10) di Tugu Proklamasi, Jakarta.  (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

Putra sulung Presiden RI Joko Widodo, Gibran Rakabuming, berswafoto bersama masyarakat dalam acara Indonesia Memanggil Gibran pada Sabtu (21/10) di Tugu Proklamasi, Jakarta. (KILAT NUSANTARA/Indra Yoga)

“Semudah itukah kita menyimpulkan bahwa benar pemilih muda akan memilih generasi muda? Kalau pemilih rasional, tetap akan memilih berdasarkan kompetensi, jam terbang, prestasi, dan kinerja,” jelasnya.

Lebih lanjut, Pangi mengatakan, jika memang benar Prabowo memilih Gibran sebagai calon wakil presidennya, maka penyelenggaraan pemilu yang adil dan jujur ​​patut dipertanyakan. Pasalnya, Jokowi sebagai presiden sekaligus ayah Gibran memunculkan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan konflik kepentingan.

“Saya tidak masalah dengan anak muda, sebenarnya kami mendorong anak muda untuk maju, oke, tidak ada masalah. Tapi yang kami kritik bukan dinasti politik, tapi penyalahgunaan kekuasaan, pemilu tidaklah datar. “Penyelenggara pemilu partisan, Bawaslu partisan, penegak hukum partisan, ciri-ciri demokrasi partisan,” jelasnya.

“Aparat, penegak hukum, penyelenggara pemilu semua masih di bawah kendali presiden. Pertanyaannya, apakah Jokowi tidak sayang anak? Orang tua mana yang tidak menyayangi anaknya? Potensi itulah yang kemudian dikatakan ya, yang penting harus menang. Itu yang merepotkan. “Itulah yang kami khawatirkan, pemilu kami akan tidak adil, tidak adil,” imbuhnya.

Ia pun menyayangkan sikap koalisi parpol yang mendukung pencalonan Gibran sebagai calon wakil presiden saat ayahnya masih menjabat presiden. Menurut dia, parpol tersebut langsung hanya mengamankan posisinya sehingga tidak punya banyak pilihan.

“Ibaratnya kita bertekuk lutut tanpa mampu melakukannya Apa yang sedang kamu lakukan?. Kasihan kader partai yang dibangun, katanya ada kaderisasi, partainya berjenjang, tidak bisa instan, harus proses pembentukan kader yang menyeluruh. Saya yakin ideologi partai hampir berada pada titik terendah. Sangat mudah bagi orang untuk datang dan pergi, berganti partai. “Seperti tidak punya loyalitas, tidak punya harga diri,” tutupnya. [gi/ah]

Tinggalkan Balasan