Perang Israel-Hamas Berdampak pada Pariwisata Religi di Indonesia

Segera setelah perang pecah antara Israel dan Hamas, aktivitas banyak agen perjalanan yang menawarkan tur ke Yerusalem meningkat pesat. Mereka menghubungi mitra bisnis, namun di saat yang sama, mereka juga dihubungi oleh calon wisatawan. Salah satu biro perjalanan tersebut adalah Cahaya Kaabah. Pemilik Dinas Pariwisata, Agus Widodo, menjelaskan apa yang dilakukannya.

“Hampir seluruhnya menjadimenjadwalkan ulang “Jadwal ke Palestina atau ke Yerusalem atau ke Masjid Al Aqsa,” ujarnya.

Agus sedianya akan memberangkatkan rombongan jemaah ke Masjidil Aqsa pada bulan November dan Desember. Perang mengubah rencana tersebut.

Agus mengatakan, “Hal ini kami sampaikan kepada jemaah. Ya demi keamanan bersama. Dan jemaah juga merasa di sana sepertinya tidak aman. Ada konflik. Jemaah dengan restunya sepakat untuk menunda atau menjadwal ulang pemberangkatan mereka di bulan Januari sebagaimana disarankan oleh agen perjalanan dan agen perjalanan juga sesuai dengan saran dari kantor kami di Palestina.”

Agen perjalanan lainnya, Indah Wisata, juga mengambil langkah serupa dengan membatalkan perjalanan sekitar 20 orang ke Yerusalem pada bulan November. Pemilik agen, Bungsu Sumawijaya mengatakan, perjalanan tersebut ditunda enam bulan. Mengapa sejauh ini?

“Kita berbicara tentang masalah psikologis peserta. Beritanya luar biasa. Ada bom, ada orang… rumah sakit dibom. Bagaimanapun, ini mengerikan. Jadi, masyarakat takut ke sana. Jadi, untuk kembali dari rasa takut, ingin pergi lagi, butuh waktu. “Mereka butuh waktu untuk kembali ke jalurnya,” kata Bungsu.

Bungsu masih menghubungi berbagai pihak terkait khususnya maskapai dan hotel agar perusahaan tidak terkena denda atau dikenakan biaya pembatalan. Maskapai penerbangan dan hotel di Yerusalem umumnya memahami hal ini. Dia masih bernegosiasi dengan hotel di Arab Saudi, bagian pertama dari seluruh perjalanan mereka. Jika pemotongan tidak bisa dihindari, kata Bungsu, ia akan bekerja sama agen Perjalanan yang lain untuk mengisi kamar hotel yang telah dia pesan.

Kongregasi "Pariwisata yang Indah" berpose di dalam Masjid Al Aqsa (foto: milik).

Jemaah “Indah Wisata” berpose di dalam Masjid Al Aqsa (foto: kesopanan).

“Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam pembatalan ini bisa memahaminya,” kata Agus. Mereka memahami bahwa keamanan dan keselamatan adalah prioritas. Lagi pula, rencana dialihkan. Tidak dibatalkan. Dan agen wisata memberikan saran dari mitra bisnis yang mengetahui lebih banyak tentang situasi di lapangan.

Namun, kata Agus, bagi sebagian pelaku wisata dan jemaah, lokasi konflik yang berjarak sekitar tiga jam perjalanan darat dinilai cukup jauh. Jadi,

“Ada satu dua (agen perjalanan) yang masih menuju Masjid Al Aqsa dan pintu melalui Israel sebenarnya terbuka. Tidak ditutup,” ujarnya.

Agus menambahkan, ada rombongan jamaah rekan bisnisnya yang tidak mendapat visa ke Palestina. Agen tur kemudian mengalihkan perjalanan ke Maroko, dan jamaah menyetujuinya.

Travel Agent Central, yang memberikan informasi dan saran kepada industri perjalanan, mengatakan di situsnya bahwa dampak perang Israel-Hamas jauh melampaui batas kedua pihak yang terlibat. Agen perjalanan kini menjauh dari Israel dan bahkan Timur Tengah. Agen perjalanan melaporkan ke Travel Agent Central bahwa klien mereka membatalkan perjalanan ke Yordania, Mesir, Maroko, Oman, Uni Emirat Arab, dan bahkan Spanyol dan Portugal.

Selaku Wakil Ketua DPP Ikatan Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), Bungsu Sumawijaya mengatakan, organisasinya saat ini sedang mendata berapa banyak dari 621 anggota Amphuri yang terkena dampak perang.

Hanya sedikit yang melaporkan terdampak, kata Bungsu. “Kami sedang mengumpulkan masukan dari anggota. Apa langkah selanjutnya, nanti akan kami tindak lanjuti.”

Sedangkan untuk umroh reguler, Bungsu menegaskan, berbeda-beda di setiap negara.

Jadi, Insya Allah Alhamdulillah. Aman, ujarnya.

Di Yerusalem, kantor berita Associated Press melaporkan bahwa kota yang berkembang pesat dalam bidang pariwisata itu sepi. Toko-toko dan bisnis tutup. Hotel-hotel sibuk, mencatat pembatalan pemesanan. Jumlah kerugian finansial belum jelas namun kemungkinan besar akan sangat besar.

Selain berdampak pada calon pengunjung, perang memaksa berbagai maskapai penerbangan membatalkan penerbangan ke Tel Aviv.

Cathay Pacific mulai Minggu, 22 Oktober menangguhkan penerbangan Hong Kong-Tel Aviv hingga akhir tahun, bergabung dengan sejumlah maskapai yang sudah lebih dulu membatalkan penerbangan ke Tel Aviv. Cathay meminta pelanggan untuk terus memeriksa informasi keberangkatan setelah 31 Desember.

American Airlines, Air France, Lufthansa, Emirates dan Ryanair juga menangguhkan penerbangan ke Tel Aviv mulai akhir pekan lalu. Sementara itu, Delta membatalkan semua penerbangan ke Israel sambil mencari “alternatif yang aman” selain Tel Aviv.

Sejauh ini maskapai penerbangan Israel, El Al, terus melakukan penerbangan dari dan ke Tel Aviv. Dalam pernyataannya, El Al mengatakan maskapai itu beroperasi “sesuai dengan instruksi pasukan keamanan Israel.” [ka/ab]

Tinggalkan Balasan