BI akan Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah untuk Meredam Tekanan Harga

Bank Indonesia (BI) akan memperkuat langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak inflasi impor, kata Menteri Keuangan, Jumat (3/11).

Hal tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lembaga penjamin simpanan.

“Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah akan diperkuat agar sejalan dengan fundamentalnya dan mendukung upaya pengendalian import inflasi,” ujarnya dalam konferensi pers.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.  (Biro Sekretariat Presiden)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Biro Sekretariat Presiden)

Bulan lalu, bank sentral – atau BI – secara tak terduga menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen dengan tujuan menjaga nilai tukar rupiah dan memitigasi inflasi impor.

Rupiah melemah terhadap dolar AS pada bulan September dan Oktober, jatuh ke level terlemah sejak tahun 2020. Namun, keputusan Federal Reserve – bank sentral AS – pada hari Rabu untuk mempertahankan suku bunga AS tidak berubah telah mengoreksi beberapa hal tersebut. kerugian.

Rupiah menguat 0,5 persen menjadi 15.770 per dolar pada 04.27 GMT pada hari Jumat.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pada konferensi pers yang sama bahwa bank sentral akan menggunakan alat moneternya untuk menstabilkan pasar keuangan, dan alat makroprudensialnya akan ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

BI memperkirakan inflasi akan mencapai sekitar 3 persen pada akhir tahun, atau sesuai kisaran targetnya sebesar 2-4 persen pada tahun 2023, dan 2,8 persen pada tahun 2024, kata Perry.

Sementara itu, OJK menyatakan telah meminta lembaga keuangan untuk rutin memantau portofolio investasinya di tengah kondisi yang bergejolak tersebut.

Seorang teller di money changer menghitung dolar dalam Rupiah.  (Foto: Antara via Reuters)

Seorang teller di money changer menghitung dolar dalam Rupiah. (Foto: Antara via Reuters)

Panitia juga mengatakan hal itu tes stres Apa yang mereka lakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa sektor keuangan Indonesia cukup tangguh” dalam menghadapi perlambatan ekonomi global, kenaikan suku bunga global, dan meningkatnya ketegangan geopolitik.

Perry mengatakan pengujian tersebut dilakukan dalam beberapa skenario, termasuk skenario “ekstrim”, meski ia tidak merinci lebih lanjut mengenai parameter yang digunakan dalam pengujian tersebut.

“Secara umum sektor keuangan Indonesia memiliki ketahanan yang kuat, permodalan yang kuat, dan likuiditas yang lebih dari cukup,” ujarnya.

Uji coba tersebut dilakukan setelah para pemimpin keuangan bertemu dengan Presiden Joko Widodo bulan lalu untuk membahas pelemahan rupiah. [ab/uh]

Tinggalkan Balasan