Lindungi Generasi Muda dari Bahaya Gula

Diabetes secara global telah masuk dalam lima besar penyebab kematian di dunia. Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kementerian Kesehatan Esti Widiastuti mengatakan, kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda.

Ia menegaskan, diabetes telah mengubah pola penyakit yang terjadi di dunia dalam satu dekade terakhir. Konsumsi gula, minyak, dan garam berlebihan, lanjutnya, menjadi salah satu penyebab utama kasus diabetes di Indonesia.

“Satu dari lima masyarakat Indonesia sudah masuk kelompok pradiabetes, belum diabetes, tapi gula darahnya di atas normal,” ujarnya saat temu media secara daring, dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2023, Senin (6/11).

Hari Diabetes Sedunia diperingati pada tanggal 14 November setiap tahunnya.

Gula pasir putih dan gula batu terlihat pada gambar ilustrasi yang diambil 16 Desember 2018. (Foto: REUTERS/Emmanuel Foudrot)

Gula pasir putih dan gula batu terlihat pada gambar ilustrasi yang diambil 16 Desember 2018. (Foto: REUTERS/Emmanuel Foudrot)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, menyebutkan batasan konsumsi gula per hari adalah 10 persen dari total energi sebesar 200 kilo kalori (kkal). Jumlah tersebut setara dengan empat sendok makan gula pasir atau 50 gram per orang sehari.

Data tahun 2019 menunjukkan diabetes merupakan penyebab kematian keempat di Indonesia dengan angka 6,2 persen. Stroke menduduki peringkat pertama dengan angka 19,4 persen, disusul penyakit jantung sebesar 14,4 persen, dan kanker sebesar 13,5 persen.

Dipicu oleh Faktor Lingkungan

Cuaca panas ekstrem dalam beberapa waktu terakhir mendorong konsumsi minuman dingin, seperti es teh manis dan minuman kemasan manis. Fenomena tersebut ditanggapi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang meminta masyarakat lebih bijak dalam memilih asupan yang aman bagi tubuh.

Berbagai macam permen Halloween di New York.  (Foto: AP)

Berbagai macam permen Halloween di New York. (Foto: AP)

BPOM mengimbau masyarakat tidak terlalu sering mengonsumsi es teh manis dan minuman manis kemasan.

“Konsumsi gula melebihi anjuran dapat berisiko menyebabkan obesitas dan diabetes tipe 2,” jelas BPOM dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Pakar kesehatan anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Profesor Aman Pulungan, juga menyoroti minuman dan makanan kemasan dengan bahan pengawet yang sering dikonsumsi anak. Aman menegaskan, kandungan gula pada minuman atau makanan kemasan tidak cocok untuk anak-anak. Namun ironisnya, jajanan jenis tersebut banyak terdapat di kantin sekolah. Jika tidak, orang tua justru akan menyiapkan makanan atau minuman manis untuk bekal sekolah anaknya. Faktanya, 30 hingga 50 persen kehidupan anak dihabiskan di sekolah.

“Apalagi kalau sehari penuhdan tidak ada camilan sehat di sekolah, sulitnya mendapatkan makanan sehat. Sementara di negara lain, buah-buahan tersedia di sekolah-sekolah, ujarnya.

Aman untuk menyoroti prevalensi diabetes pada anak-anak. Ia mendukung pemberlakuan cukai minuman manis, sebagai langkah untuk memastikan masyarakat, khususnya anak-anak, tidak mengalami kecanduan.

“Diabetes pada anak seringkali disebabkan oleh kandungan gula yang berlebihan pada makanan atau minuman yang diberi pemanis. Industri saat ini harus jujur, dalam artian memastikan kandungan gulanya. Meski jus dikatakan bebas gula, ternyata juga demikian. mengandung gula,” tegas Aman.

Penumpang berjalan melewati mesin penjual otomatis Kirin yang menawarkan minuman dari raksasa minuman tersebut di peron kereta bawah tanah di Osaka.  (Foto: AFP)

Penumpang berjalan melewati mesin penjual otomatis Kirin yang menawarkan minuman dari raksasa minuman tersebut di peron kereta bawah tanah di Osaka. (Foto: AFP)

Sementara itu, Ketua Persatuan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof Dr Dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengungkapkan, terjadi peningkatan dan pergeseran pasien diabetes yang kini menyasar generasi di bawah 40 tahun.

“Dulu penderita diabetes berusia di atas 50 tahun, tapi sekarang sudah bergeser ke usia di bawah 40 tahun. Ada 5 persen yang saya tangani. Sebelumnya sangat jarang,” kata Ketut.

Pergeseran pola usia penderita diabetes ini, tambah Ketut, perlu diantisipasi sejak dini. Ketut khawatir konsumsi gula berlebihan bisa memicu diabetes tipe 2 sejak muda.

Pengobatan diabetes dan penyakit keturunannya relatif mahal. Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kementerian Kesehatan Esti Widiastuti mencatat, peningkatan pendanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia disebabkan oleh penyakit diabetes dan sejumlah penyakit turunannya.

“Pada tahun 2021, biaya JKN tertinggi disebabkan oleh gangguan jantung sebesar Rp8,7 triliun, kanker Rp3,5 triliun, stroke Rp2,2 triliun, dan gagal ginjal Rp1,8 triliun,” tegas Esti. [ys/ns/em]

Tinggalkan Balasan