Jepara || kilatnusantara.com
Wartawan sekarang terkesan dipandang sebelah mata, sebab semakin banyaknya semua orang bisa menjadi wartawan.
Padahal menjadi wartawan adalah kualitas, adu cerdas dilapangan dengan pedoman undang-undang pers. Apalagi dr berbagai narasumber yg berkaitan dg pemerintahan lebih cerdas yg dihadapi ketimbang yg mengahadapi, artinya aparatur sipil negara lebih dominan dari segi kualitas dan pendidikan formilnya.
Betapa mudah dan paling sangat gampang membuat narasi berita adalah SEREMONI.Rekan Wartawan diera media online digitalisasi sudah di mabok recehan oleh seremoni ketimbang tugas investigasi mengungkap para pelaku kejahatan di negeri sendiri ujungnya membuat rakyat juga merugi.
Fakta wartawan era ini,yang disuguhkan hanyalah memoles kosmetik yang baik baik saja kepada pelaku kebijakan, padahal ketimpangan ditengah masyarakat banyak terjadi akibat kebijakan keliru pemerintah pusat sampai daerah yang wajib dihimpun tugas jurnalis sebagai penyambung lidah rakyat.
Mestinya kita semua ingat…kita semua besuk atau kapan saja kita akan mati, mati kita yang dipertanyakan adalah perbuatan kita,sesuai tugas fungsi kita kelak yang dipertanggungjawabkan kepada sang Pencipta.
Profesi pers saat ini cenderung dijadikan pekerjaan oknum sehari dalam berburu UPETI ketimbang mengasah cerdas profesi menuju profesional.
Tim PWRI mencermati dan mengamati dilema dilapangan dan kondisi real tentang Profesi Wartawan yang mulia dan elegan ,Kadang dicederai oleh beberapa oknum yang merusak bahkan menjual hanya sekedar mendapat sedikit upeti untuk secangkir kopi.
Eko H