Usia minimal lansia di AS yang berhak mengikuti seleksi adalah 50 tahun, dengan peserta tertua berusia di atas 100 tahun. National Seniors Association atau NSGA merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendorong orang dewasa aktif untuk menjalani gaya hidup sehat melalui berbagai kompetisi olahraga. Ajang NSG ini dihadiri ribuan senior di 20 cabang olahraga.
Mungkin kompetisi seperti ini jarang terdengar di Indonesia yang hanya memiliki istilah Masters Championship. Bedanya, pengelompokan umur. Magister di Indonesia yang berusia 35 tahun ke atas, tentunya yang berusia di atas 50 tahun juga termasuk dalam Magister, namun tidak dikelompokkan tersendiri sebagai lanjut usia.
Ukur kemampuan Anda
KILAT NUSANTARA bertemu dengan dua pahlawan olahraga lansia. Atlet pertama, Nanik Julianti Soewadji, kini berusia 67 tahun. Terakhir kali ia mengikuti kompetisi renang adalah pada tahun 2019 di Gwangju, Korea Selatan dan berhasil meraih juara keempat.
Di masa mudanya, Nanik kelahiran Surabaya ini memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Hal itulah yang membuatnya merasa tertantang dan ingin terus berusaha mencapai kemampuannya di hari tua.
“Tahun 1977 saat PON saya mendapat 11 emas dan satu perak. Pada Sea Games 1979 di Jakarta berhasil meraih 8 medali emas. “Tahun 1981 di Sea Games Thailand saya masih mampu meraih 5 medali emas,” ujarnya kepada KILAT NUSANTARA.
Hingga saat ini Nanik masih berenang tiga kali dalam seminggu dan jogging lima hari dalam seminggu untuk menjaga staminanya. Saat ditanya apakah sebagian besar lansia Indonesia juga menjaga stamina seperti dirinya dengan berolahraga secara rutin, Nanik mengatakan, “Jarang sekali… Sedikit yang bisa saya ceritakan tentang ini… kemarin saya melihat kejuaraan renang. tuan dunia di fukuoka jepang, tapi saya gak ikut lomba ya.. orang jepang umumnya masih olah raga. Saya sendiri merasa malu, jadi saya pulang dari sana dan berlatih lagi. Atlet berusia 85 tahun ini masih memecahkan rekor renang dunia di nomor 50 dan 100 meter, namun merupakan dua perenang berbeda. Bahkan saya yang berumur 67 tahun pun tidak bisa berenang secepat dia. “Untuk lari 50 meter dalam 38 detik, dan 100 meter dalam satu menit 26 detik.”
Pahlawan lainnya, Niniek Koesni Rahadjeng, 79, sejauh ini telah meraih 358 medali di berbagai nomor kejuaraan atletik. Wanita kelahiran Bojonegoro yang kini tinggal di Surabaya ini tetap semangat berolahraga sambil menikmati usia senja.
“Sejak tahun 1962 saya ikut PASI (Persatuan Atlet Seluruh Indonesia). Setelah 35 tahun, para mantan atlet Indonesia ini membuat klub atau perkumpulan atlet-atlet jagoan Indonesia. Jadi sebenarnya kami PAVI (Persatuan Atlet Veteran Indonesia), tapi karena di luar negeri kami pakai kata master jadi kita ikuti master, dengan usia 35 tahun ke atas.Jadi bukan hanya orang tua saja, tapi kebetulan kita sudah lanjut usia, jelasnya.
Ratusan medali telah ia raih sejak kecil hingga saat ini berkat mengikuti beberapa cabang olahraga atletik yaitu lempar cakram, lompat jauh, lari 200 hingga 400 meter.
“Bulan lalu saya mengikuti kompetisi tingkat nasional di Semarang. Sebelumnya pada bulan Juni kami berkompetisi di Singapura dan Malaysia. Jadi kami bertemu dengan sesama atlet dari seluruh dunia. Pada bulan November akan ada kejuaraan Asia di Filipina. “Di Singapura saya mendapat medali emas di cabang lompat jauh, tolak peluru, lempar lembing, dan cakram dan masing-masing meraih perak.”
Niniek mengatakan, menurut beberapa dokter, mereka yang berusia 60 tahun ke atas tidak dianjurkan mengikuti lomba lari. Sehingga ia beralih berkompetisi di nomor lain seperti lompat jauh dan lempar cakram serta lempar lembing.
Tidak mendapat dukungan dari Kemenpora
Baik atlet renang Nanik Suwadji maupun atlet atletik Niniek mengatakan, kompetisi lansia tidak banyak mendapat dukungan dari Kementerian Olahraga. Namun pemerintah daerah di beberapa provinsi kerap membantu penyelenggaraan kompetisi olahraga bagi lansia.
“Tidak ada, kita semua mandiri, atas inisiatif sendiri. Organisasi PRSI sendiri tidak mendanai kami. Kami sendiri memberikan izin kepada PB (Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI)). “Kalau mau bertanding kita izin ke mereka, A, B, C, D mau ikut kejuaraan, kita pamit dan pamit saja, tidak ada bla bla tidak ada dan kita tidak berharap. juga,” kata Nanik Juliati Soewadji.
Hal senada juga diungkapkan atlet atletik Niniek Rahadjeng yang masih aktif berkompetisi.
“Jadi Kementerian OR memberikan bantuan, tapi bantuan doa…tapi tidak seperti untuk anak kecil. Apa yang harus dilakukan? Saya melihat di daerah seperti Jember, Malang, ada bantuan dari pemerintah daerah. Kalaupun misalnya minta ke kantor, tidak ada anggarannya, katanya begitu.. memang untuk atlet lama tidak ada anggarannya. Bukan anak tiri tapi begitulah keadaannya.. kita tidak bisa memasukkan uang, sepak bola dan bulu tangkis bisa menghasilkan uang. “Kalau atletik tidak bisa, di Indonesia saja tidak cukup. Di luar negeri penonton atletik banyak, tapi di sini tidak ada yang menonton,” jelas Niniek.
Mantan perenang Naniek juga mengatakan, tidak mudah mencari tempat berlatih renang dengan kolam sepanjang 50 meter. Namun para atlet renang menyiasatinya dengan berlatih di kolam darurat, misalnya 17 meter, yang artinya harus dilakukan dengan cara bolak-balik sebanyak tiga kali.
“Di Indonesia kalau OR mana pun, fasilitasnya tidak seperti di luar (negeri), misalnya renang, tidak semua kota punya kolam renang. Kalau di Surabaya, cari kolam renangnya lumayan susah. Kalau sudah sukses, saya latihan di Brantas Ya, kolamnya ada, tapi tidak memungkinkan untuk praktik. Tidak semua kolam berstandar internasional, imbuhnya.
Namun atas inisiatif pribadi, terdapat kolam renang khusus milik klub renang Hiu Surabaya yang dibentuk pada tahun 1966 untuk menampung para pecinta renang. Seorang pelatih, Edie Sutrisno Halim, meyakini minat lansia terhadap renang meningkat 50 hingga 60 persen.
“Permintaan dan gaya hidup semakin meningkat. Jadi usia master di Indonesia sekitar 35 tahun ke atas. “Jadi klub renang ini dibentuk untuk mengakomodir permintaan dan acara yang melibatkan banyak usia senior,” imbuhnya.
Semoga semakin banyak lansia Indonesia yang bisa menikmati hidup sehat, seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia. [ps/em]