Dua puluh empat negara peserta Piala Dunia U17 di Indonesia masih bersaing memperebutkan poin bagi timnya di setiap grup. Pertandingan demi pertandingan pun dimainkan dan potensi setiap pemain yang dinilai memiliki kemampuan di atas rata-rata mulai bermunculan. Mereka disebut anak ajaibyaitu pemain muda bertalenta luar biasa.
Pada Piala Dunia U-17 ada sejumlah pemain yang diprediksi punya prospek cerah, antara lain Marc Guiu dari Barcelona, Paul Brunner dari Jerman, dan Ethan Nwaneri dari Inggris.
Marc Guiu mencoba menunjukkan kebolehannya di lapangan pada laga pertama melawan Kanada di Stadion Manahan Solo akhir pekan lalu. Marc Guiu mampu menjebol gawang Timnas Kanada. Pada laga kedua, tim Matador Muda kembali meraih kemenangan melawan Mali dengan skor 1-0. Spanyol memimpin grup B dengan 6 poin dan berpeluang besar lolos ke babak selanjutnya, babak 16 besar.
Marc Guiu merasa senang bisa membantu perjuangan timnya meraih kemenangan.
“Dalam kompetisi seperti Piala Dunia U17 2023, semua pertandingan akan sangat ketat. Para pemain bekerja keras untuk meraih tiga poin di setiap pertandingan,” ujar pemain kelahiran 4 Januari 2006 itu.
Marc Guiu cukup berpengaruh di Timnas U17 Spanyol. Di La Liga junior, ia telah mencetak 8 gol dalam 12 pertandingan.
Tak hanya Spanyol, Indonesia juga punya anak ajaib. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir menyebut beberapa pemain berbakat di tim Garuda Muda.
Ada dua pemain diaspora, yakni Weiberlieskott De Halim Jardim yang bermain untuk Sao Paulo, dan Amar Brkic yang bermain untuk TSG Hoffenheim. Kami juga punya Arkhan Kaka dari Solo, kata Erick.
Arkhan Kaka menjawab ekspektasi dengan menyumbangkan golnya untuk Timnas Indonesia dengan skor imbang 1-1 melawan Ekuador di laga pertama dan melawan Panama di laga kedua dengan skor 1-1 pada Piala Dunia U17 di Gelora Bung. Stadion Tomo, Surabaya.
Arkhan cukup berpengaruh bagi Timnas Indonesia U-17. Dari dua laga Kualifikasi Piala Asia U-17 2023, Arkhan sudah menyumbangkan 6 gol.
Mantan pelatih Timnas U-19 Indonesia, Edward Tjong, Senin (13/11), saat ditanya KILAT NUSANTARA soal anak ajaib Tim Garuda Muda U17 pun menyebutkan tiga nama.
“Kalau saya di timnas U17 Indonesia, mudah-mudahan bisa TIDAK “Salah Arkhan Kaka, dia punya Kapten Iqbal Gwijangge, lalu Welber Jardim,” kata Eduard Tjong saat ditemui, Senin (13/11).
Wonderkid dan Legenda Pemain Dunia
Piala Dunia U17 melahirkan berbagai pemain kelas dunia. Sejarah mencatat Piala Dunia U17 di berbagai negara melahirkan legenda sepak bola dunia seperti Luis Figo dari Portugal yang dikenal pada tahun 1998, Alesandro Del Piero pada tahun 1991 dan Francesco Totti pada tahun 1993 – keduanya dari Italia – hingga Hidetoshi Nakata pada tahun 1993 dari Jepang . Ada lagi yang lain, antara lain Carlos Teves dan Juan Sebastian Veron dari Argentina, Cesc Fabregas, dan Fernando Torrez dari Spanyol.
Pemain anak ajaib menjadi incaran para pemburu bakat sepakbola dunia. anak ajaib mempunyai kesempatan untuk bergabung dengan liga yang lebih senior atau klub asing.
Berpengalaman menangani timnas tingkat usia, Eduard Tjong juga memantau perkembangan sepak bola, termasuk timnas U17 Indonesia.
Mantan pelatih timnas U19 Indonesia ini menjelaskan apa yang dicarinya anak ajaib Anda perlu bersabar dalam mengasah kemampuan seorang pemain. Untuk sepak bola, tambah Eduard, anak ajaib berperan penting dalam menjaga kekompakan tim saat bertanding.
“Saya perhatikan di tim Prancis, posisi nomor 6 mirip dengan Deschamps. Model permainannya sama. Eropa punya potensi anak ajaib aku memilikinya pencarian bakat. Nilai pribadi. Usai Piala Dunia U17, anak ini kembali ke negaranya dan direkrut serta dipromosikan menjadi senior U20 atau lebih. Bahkan dia direkrut oleh klub ternama dengan nilai transfer tinggi,” kata Eduard.
Eduard mengatakan Indonesia mempunyai potensi besar dalam melahirkan anak ajaib tingkat dunia. Eduard menegaskan, sistem kurikulum sepak bola yang berjenjang belum sinkron dalam mengasah kemampuan pemain.
“Iya dari Piala Dunia U17, ini rekor kita, timnas asing yang bagus punya kurikulum di usia muda, nanti main di liga senior polanya sama. Amerika Latin, Brazil misalnya, ya, gayanya. permainannya seperti itu dari usia muda hingga senior.Argentina “Sama saja, Jerman juga seperti itu. Di Indonesia sulit, beda pelatih atau klub beda model dan gaya bermainnya,” pungkas Eduard. [ys/em]