Optimisme justru muncul karena permainan apik Timnas Indonesia U17 di dua laga awal. Pada laga pertama, Indonesia menahan imbang Ekuador, dan melanjutkan tren positif saat bermain imbang melawan Panama dengan skor 1-1. Sayangnya di laga terakhir Garuda Muda kalah melawan Maroko 1-3 sehingga harus puas berada di peringkat 3 grup A dengan raihan 2 poin.
Jumlah poin yang sedikit tidak mampu membawa mereka lebih jauh. Akhir pekan yang menegangkan bagi jutaan penggemar sepak bola di negara ini.
Meski demikian, hasil akhir ini jangan sampai membuat upaya membangun soliditas timnas kehilangan arah.
Komentar positif datang dari mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Eduard Tjong. Menurutnya, mampu menahan imbang Ekuador dan Panama merupakan sebuah pencapaian kemajuan. Tim yang ada saat ini harus ditata ulang dan tidak dibubarkan untuk mengasah kemampuan dan mempersiapkan mereka menghadapi kompetisi kelompok umur berikutnya, misalnya di Piala Dunia U20 mendatang.
“Saya bilang, konsistensi itu penting. Jangan sampai hal itu terjadi pada timnas kita peristiwa Piala Dunia U17 sudah usai, atau Indonesia gagal melaju, timnas kita bubar atau hilang begitu saja. Jangan dong. Pindah, sudah bisa “Nanti bisa main di U20 lagi,” kata Edu kepada KILAT NUSANTARA.
Mempertahankan tim yang ada, kata dia, penting dilakukan meski saat ini sedang mengalami kekalahan.
“Benarkah kimiaitu terkena. Jangan sampai terpecah, bubar, buat timnas baru lagi. Oke, jika Anda hanya membongkar tim, menambahkan tim baru tidak masalah. Hanya saja, jangan sampai kerangka Timnas bubar. “Tidak mudah untuk membentuk tim nasional,” tambahnya.
Eduard Tjong menambahkan, kemampuan fisik dan mental timnas harus terus digenjot. Jangan, tegas Edu, kelelahan fisik dan patah semangat saat menghadapi tim yang secara statistik lebih kuat.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir pun mengapresiasi semangat dan kerja keras Timnas U17 Indonesia di Piala Dunia. Tim ini, kata dia, akan terus mengasah kemampuannya untuk menghadapi Piala Dunia U20 pada 2025.
“Tim telah melakukan yang terbaik. Tadi saya sampaikan kepada mereka, untuk tetap berdiri tegak, karena mereka adalah masa depan sepakbola Indonesia. Apalagi pada tahun 2025 akan ada kejuaraan dunia U20. “Tentunya hal ini perlu kita persiapkan mulai dari sekarang,” ujarnya dalam unggahan akun media sosial.
“Dari tim U17 ini saya katakan ada lebih dari separuh potensi timnas muda Indonesia ke depan yang harus kita jaga. “Jangan sampai mereka mendapat hasil seperti itu, nanti mereka tidak berkembang,” imbuh Erick.
Harapan Indonesia sebenarnya masih hidup setelah kalah di laga terakhir. Sayangnya nasib skuad U17 bergantung pada hasil di laga lain, yakni jika dua laga di grup berbeda menghasilkan hasil imbang. Sayangnya, Meksiko justru melumat Selandia Baru dengan skor 4-0 pada laga Grup F, Sabtu (18/11) malam di Stadion Jalak Harupat, Bandung. Sedangkan Korea Selatan dikalahkan Burkina Faso dengan skor 1-2.
Bahkan, Pelatih Ekuador U-17, Diego Martinez, pada Kamis (16/11) pun menyampaikan harapannya agar Timnas U-17 Indonesia bisa lolos ke babak 16 besar. Setidaknya, sebagai sesama negara di grup A.
“Tim U-7 Indonesia memiliki tim yang bagus, pemain bertalenta, dan dilatih oleh pelatih yang berkompeten. Saya melihat kemampuan pemain Indonesia akan terus berkembang. “Kami berharap bisa melaju bersama Ekuador di babak selanjutnya,” kata Diego saat itu.
Sayangnya harapan Martinez tak terwujud. Kemenangan Meksiko membuatnya menempati posisi kedua Grup F, menggeser Venezuela yang sama-sama meraih 4 poin berkat selisih gol.
Aturan yang ditetapkan FIFA, babak 16 besar akan diisi oleh masing-masing juara dan pemenang kedua masing-masing grup, ditambah 4 peringkat ketiga terbaik. Dengan kejadian akhir pekan lalu, Grup A akhirnya diwakili oleh Maroko dan Ekuador. Grup B berisi Spanyol, Mali, dan Uzbekistan. Grup C meliputi Inggris, Brasil, dan Iran. Grup D diisi Argentina, Senegal, dan Jepang. Grup E diwakili oleh Perancis dan Amerika Serikat. Sedangkan dari Grup F ada Jerman, Meksiko, dan Venezuela.
Peringkat ke-3 grup yang gagal melaju ke babak 16 besar adalah Indonesia dari grup A dan Burkina Faso di grup E.
Bersaing untuk Tuan Rumah
Kehadiran Indonesia di ajang ini sejak awal bukan karena prestasi, melainkan karena mendapat tempat sebagai tuan rumah.
“Bisa berpartisipasi di U17 adalah sebuah berkah. Karena jika kita menggunakan jalur biasa, kita… TIDAK lolos,” kata Fahrisal Ahmad, salah satu orang komisaris pertandingan atau inspektur pertandingan PSSI yang biasa terlibat di liga-liga tanah air kepada KILAT NUSANTARA.
Salah satu proses yang harus dilalui adalah Piala Asia, sebelum bisa melaju ke Piala Dunia.
“Di kualifikasi Piala Asia, Indonesia tidak lolos, artinya tim sangat beruntung. Saya ditunjuk sebagai tuan rumah dan mendapat satu tiket,” imbuhnya.
Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 yang diselenggarakan oleh federasi sepak bola dunia, FIFA. Ajang di Indonesia ini merupakan Piala Dunia U17 ke-19 yang digelar pada 10 November hingga 2 Desember 2023.
Ini merupakan pertama kalinya Indonesia terpilih menjadi tuan rumah. Hal ini juga menjadi keuntungan tersendiri karena sebagai tuan rumah, Indonesia berhak mengirimkan timnya.
Sebelumnya Peru ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U17 2021, namun kemudian dibatalkan karena pandemi COVID-10 dan ditunda hingga tahun ini. Sayangnya, ketika saatnya tiba, Peru tidak bisa menjadi penyelenggara dan hak itu kemudian diberikan kepada Indonesia, pada 23 Juni 2023.
Penunjukan ini juga dianggap sebagai kompensasi atas hilangnya hak tuan rumah Piala Dunia FIFA U20 2023 yang dialihkan ke Argentina karena Indonesia menolak keikutsertaan timnas Israel di turnamen tersebut.
Sementara itu, akademisi dan pengamat sepak bola Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr Filosa Gita Sukmono menambahkan, selain faktor keberuntungan, juga ada faktor lobi.
“Ini memang sebuah keberuntungan, namun yang kedua, kita harus memaknainya sebagai keberhasilan komunikasi politik para petinggi di PSSI yang mampu mempersembahkan Piala Dunia dan memberikan kesempatan kepada timnas untuk berpartisipasi,” ujarnya.
Pengalaman sebagai Penyelenggara
Meski gagal lolos ke babak 16 besar, Indonesia masih bisa mengambil manfaat dari digelarnya Piala Dunia U17, setidaknya dari segi pengalaman sebagai penyelenggara.
Filosa mengatakan, berdasarkan pengalamannya menonton pertandingan di Gelora Bung Tomo, Surabaya saat Indonesia melawan Panama, pelaksanaannya sesuai ekspektasi.
“Suasana pertandingan Timnas melawan Panama dalam beberapa aspek sudah mengacu pada hal-hal yang dijadikan standar di FIFA,” ujarnya.
Ia membandingkan pengalaman ini dengan menonton langsung liga-liga di Eropa. Salah satunya tentang bagaimana penonton diberikan sarana transportasi khusus, sehingga area stadion bersih dari kendaraan pribadi. Performa yang lebih baik, kata Filosa, sudah bisa dirasakan dari pelayanan saat pembelian tiket.
Filosa pun mengapresiasi peran penonton yang cukup mampu memompa semangat Timnas. Meski demikian, ia meminta apapun pencapaian Timnas U17 tidak ditanggapi dengan komentar negatif di media sosial. Mengingat usianya, para pemain timnas U17 memang belum bisa diharapkan bisa bermain secantik seniornya. Bullying di media sosial akan menjatuhkan mental Anda.
Sementara dari sisi organisasi, Fahrizal Ahmad menilai hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk belajar.
“Saya kira banyak sekali ilmu yang didapat dari LoC, ketua setempat“Apa yang kami dapatkan terkait dengan standar FIFA tentang cara menyelenggarakan turnamen sepak bola,” ujarnya.
Misalnya, kata dia, soal penggunaan Wasit Asisten Video (VAR). Liga-liga Eropa sudah menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan kinerja wasit, sedangkan Indonesia belum. Ajang ini menjadi kesempatan bagi PSSI untuk belajar langsung mengenai pemanfaatan VAR untuk kompetisi lokal di masa depan. [ys/ns]