Pakar politik Universitas Sebelas Maret UNS Solo, Agus Riewanto menilai keluarga Presiden Jokowi menerapkan strategi dua kaki dalam politik nasional. Ia pun menilai perbedaan pilihan partai politik di keluarga presiden merupakan langkah yang unik dan secara etis akan menjadi sorotan publik.
“Kaesang punya pilihan politiknya sendiri, berbeda dengan keluarga Presiden Jokowi, itu biasa. Karena Kaesang bukan lagi keluarga inti atau anak yang bergantung pada orang tuanya, ujarnya.
Namun pilihan tersebut menarik karena di sisi lain, PSI merupakan partai politik yang mendeklarasikan dukungannya terhadap calon presiden Prabowo Subianto. Sementara PDIP bertekad mendukung Ganjar Pranowo.
“Ini fenomena unik di Indonesia, karena selama ini keluarga presiden cenderung memilih salah satu partai politik. Di keluarga Presiden Jokowi, saya melihat politik dua kaki. Terlihat juga keluarga presiden tidak nyaman dengan PDI Perjuangan. ,” tambah Agus kepada KILAT NUSANTARA, Jumat (29/9).
Seperti diketahui, Jokowi menjadi kader PDI-P sejak mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Solo. Dukungan berturut-turut datang dari partai ini pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Pilpres 2014-2019. Selain itu, putra sulungnya Gibran Rakabuming dan menantunya Bobby Nasution juga ikut bergabung di PDI-P. Gibran mendapat dukungan sebagai Wali Kota Solo, sedangkan Bobby menjadi Wali Kota Medan.
Agus mengatakan, berlabuhnya Kaesang Pangarep di PSI berdampak pada peta politik keluarga Presiden dan koalisi Pemilu 2024.
DPP PDI-P sendiri tidak mempermasalahkan pilihan politik tersebut. Aturan satu keluarga, satu partai yang berlaku bagi PDI-P hanya berlaku bagi keluarga inti. Kaesang sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri, sehingga ketentuan tersebut tidak berlaku baginya.
Langkah Instan Kaesang
Hanya dua hari setelah menerima kartu anggota PSI, pada Sabtu (23/9), putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep terpilih menjadi ketua umum partai berlambang mawar merah itu. Diakui Kaesang, fenomena anak muda yang terjun ke dunia politik dan meraih kemenangan, seperti di Thailand, membuatnya tergerak untuk bergabung dengan partai politik.
“Saya melihat PSI sebagai partai yang bagus, diisi oleh anak-anak muda yang memiliki integritas dan kompetensi juga. Yang penting mereka punya semangat untuk membawa Indonesia jauh lebih baik. Sayang sekali mereka tidak masuk Senayan,” kata Kaesang. saat ditemui di rumah pribadi Jokowi di Solo, Sabtu (23/9).
“Setelah saya pikir-pikir, saya berkomitmen dan membulatkan tekad untuk berjuang bersama PSI. Aku sudah mendapatkan izin istriku, namun istriku adalah sahabatku seumur hidup dan berdiskusi. Apa pun yang saya lakukan, saya harus mendapat persetujuan dari istri saya. Mudah-mudahan ini menjadi langkah politik pertama saya, tambahnya.
Sebelumnya, suami Erina Gudono itu sudah beberapa kali menunjukkan dirinya akan terjun ke dunia politik. Mulai dari pencalonan Pilkada Depok, hingga pengakuan soal “Mawar” di video viral PSI dengan siluet wajah mirip Kaesang. Bahkan sehari sebelum Kaesang resmi bergabung dengan PSI, wajahnya terpampang di berbagai poster dan spanduk di Solo berlogo PSI.
Langkah Kaesang tentu membawa konsekuensi. Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming, mengaku mendapat telepon dari petinggi partai berlambang banteng moncong putih usai adiknya bergabung dengan PSI. Meski demikian, dia memastikan akan tetap berada di PDIP.
“Iya, ada beberapa orang PDIP yang menghubungi saya menanyakan sikap Kaesang. Saya ikuti saja arahan pimpinan PDIP. Kalau kamu bertanya padaku tentang pestaku, jangan tanya tentang pesta orang lain ya. “Saya tidak tahu rumah tangga pihak lain,” kata Gibran, (25/9).
Gibran sendiri memiliki hubungan baik dengan PSI, dan pernah menerima petinggi partai di kantornya sebagai Wali Kota Solo. PSI bahkan sesumbar saat itu menyebut Gibran masuk dalam daftar tokoh yang berpotensi maju di Pilkada DKI Jakarta. Pekan-pekan berikutnya, giliran Gibran Rakabuming yang menghadiri acara internal PSI di Jakarta.
Meski demikian, pendekatan tersebut tidak membuat loyalitas Gibran kepada PDIP luntur. Akhir pekan ini, Gibran dan Jokowi menghadiri Rakernas PDIP di Jakarta, dan berbaur bersama ribuan petinggi dan kader partai.
Agus Riewanto mengomentari rasa canggung keduanya selama menjadi kader PDI Perjuangan.
“Yang jelas ada internal PDIP atau masyarakat yang mempertanyakan kesetiaan keluarga Presiden. Ini soal kepantasan, kepantasan, atau etika politik. Selama ini Pak Jokowi diangkat, dibesarkan, dan populer di kalangan masyarakat.” perannya di PDIP. Etika diserahkan kepada masing-masing individu. Etika itu undang-undang yang tidak ada sanksinya. “Ini akan berdampak ketika Presiden dan putra sulungnya hadir dalam kegiatan internal PDIP, Rakernas akhir pekan ini,” jelasnya. Agus.
Dampak terhadap Peta Koalisi Pemilu 2024
Dalam peta dukungan, PSI dan PDI-P saat ini punya pilihan politik berbeda dalam pertarungan Pilpres 2024. PSI mendukung Prabowo Subianto, sedangkan PDI-P bertekad mendukung Ganjar Pranowo.
Dalam situasi terkini, menurut Agus Riewanto, efek Kaesang tidak signifikan karena bagaimanapun parpol PSI kecil dan harus bekerja keras untuk bisa lolos ke Senayan.
“PSI merupakan partai muda, sehingga memiliki basis pemilih terbesar pada pemilu 2024 yang didominasi oleh pemilih muda. Ini adalah hal yang digemari oleh partai politik besar, antara lain PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, dan lain sebagainya. tidak dikerjakan,” kata Agus sebagai alasan.
Meski demikian, ia juga menilai pengaruh Kaesang tidak terlalu besar karena PSI masih mempunyai tugas berat untuk lolos ambang batas parlemen.
“Kita belum punya kursi di DPR. Ini bukan pekerjaan mudah, karena memerlukan minimal 4 persen. Ini bukan persoalan sederhana lho, apakah PSI bisa mencapai target itu,” imbuh Agus.
Sementara Gibran memilih enggan berkomentar terkait peluang PSI di bawah kepemimpinan Kaesang.
“Belum ada respon apapun terkait Kaesang. Tanya Kaesang, tanya saja ke PSI. Jangan datang padaku. Pokoknya tanya Kaesang atau orang PSI, tidak apa-apa, terima kasih, ujarnya. [ys/ns/em]