Tiga Calon Presiden Mempresentasikan Rencana Kebijakan Luar Negeri

Tiga Calon Presiden Mempresentasikan Rencana Kebijakan Luar Negeri

Berbicara di hadapan para duta besar dan diplomat negara sahabat pada acara “Pidato Calon Presiden RI: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri”, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto memaparkan rencana politik luar negeri masing-masing jika nantinya terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Ganjar Pranowo menjelaskan pentingnya melakukan redefinisi politik luar negeri Indonesia yang selama ini bebas dan aktif. Menurutnya, hal ini penting mengingat pesatnya pergantian kepemimpinan di Indonesia.

“Mendefinisikan ulang kebebasan aktif harus sejalan dengan perkembangan saat ini. Apa kebutuhan internasional saat ini? Jadi jika Anda melihat kebebasan, ini bukanlah kebebasan bebas, namun kita bebas mengambil kebijakan yang jauh lebih strategis. Kita juga berbicara tentang bersikap aktif, tidak sekedar menunggu secara pasif, namun secara aktif mengambil inisiatif, terutama ketika beberapa masalah tidak terselesaikan. “Itu memang memerlukan solusi, baik bilateral maupun multilateral,” kata Ganjar.

Ia menambahkan, jika terpilih ke depan, Indonesia tidak akan bias terhadap satu negara.

Politik luar negeri yang bebas aktif menekankan bahwa kebebasan yang dimaksud merupakan langkah strategis, dimana Indonesia bebas melakukan kerjasama dengan negara manapun. Jadi, kata dia, Indonesia tidak boleh bergantung pada satu negara. Apalagi Indonesia mempunyai banyak negara sahabat.

“Apakah dia akan bekerja sama dengan Tiongkok jika dia menjadi presiden? Tentu tidak. Bagaimana kalau Amerika dan Tiongkok sedang perang ekonomi, mengapa kita tidak mengajak Amerika untuk bergabung? Saat itu ada keuntungan yang bisa kami ambil karena ada beberapa produk yang tidak terbeli. Jadi saya bisa mengajak beberapa negara lain di luar dua negara besar tersebut atau kedua negara tersebut untuk berkolaborasi dengan Indonesia. Agar kita bisa lebih terbuka dan sama-sama bisa saling mengambil manfaat,” jelasnya.

Anies menyoroti kebijakan politik transaksional

Calon presiden Anies Baswedan menyoroti kebijakan luar negeri Indonesia yang dinilainya terlalu transaksional dan pasif dalam keikutsertaan Indonesia di event-event besar internasional.

“Bahkan ketika kami melihat invasi Ukraina dan kami berada di sana, kami berbicara tentang pengamanan rantai pasokan pangan. Ini adalah masalah yang lebih besar daripada masalah pangan. Pertemuan tahunan para pemimpin global, di manakah kita berada di sana? “Kita harus kembali ke sana , dan harus membawa pesan, kita sebagai warga dunia, dan penduduk terbesar keempat di dunia, mempunyai agenda 1, 2, 3, 4 untuk dunia yang harus diperhatikan,” kata Anies.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, konsekuensi politik luar negeri Indonesia yang dianggap transaksional berdampak pada kekuatan Indonesia di mata dunia. Dia mencontohkan posisi Indonesia di Asia Power Index yang turun dari 19,8 pada tahun 2018 menjadi 19,4 pada tahun ini. Selain itu, berdasarkan Global Soft Power Index, Indonesia hanya berada di peringkat ke-45 pada tahun 2023 dari sebelumnya di peringkat ke-41.

Dalam kesempatan tersebut, Anies juga menyampaikan pandangannya terkait konflik Palestina dan Israel. Menurutnya, Indonesia belum mampu mendamaikan kedua pihak yang bertikai secara langsung.

“Ini adalah kenyataannya. Kita tidak perlu berpura-pura bisa ambil bagian dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina, hal itu jauh dari kemampuan dan kapasitas kita. Bill Clinton mencoba pada tahun 2000, semua berkumpul, semua setuju, namun kembali ke desa masing-masing perincian. Namun kami menyadari bahwa dari pengalaman kami ketika kami mencoba untuk merdeka di masa lalu, perang tidak mungkin menghasilkan perdamaian. “Perdamaian selalu tentang negosiasi politik,” katanya. Namun Indonesia, tambah Anies, bisa kembali merangkulnya.

Dalam konteks konflik Israel dan Palestina, Indonesia dapat berperan lain, yakni dengan mendatangkan anak-anak asal Palestina ke Indonesia untuk dirawat dan diperlihatkan kehidupan yang aman, tenteram, dan tenteram, kata Anies seraya menambahkan. dari awal. Anak-anak Palestina dari kelompok Gaza, Fatah dan lainnya, betapa sulitnya membawa mereka ke sini. Tunjukkan kepada mereka kehidupan di sini, bagaimana kita bisa bersatu, tenang, tenang. Lalu, bawalah pengalaman itu ketika mereka pulang ,” dia berkata.

Prabowo menyoroti negara-negara besar

Sementara itu, calon presiden Prabowo Subianto juga menegaskan pemerintahannya akan melanjutkan kebijakan politik luar negeri pemerintahan Jokowi yang tidak akan bergabung dengan blok mana pun, dan terbuka untuk berkolaborasi dengan pihak mana pun. Ia menyebut ini sebagai kebijakan bertetangga yang baik.

Prabowo juga menyoroti kekuatan negara-negara besar, perjuangan dan rivalitas yang ada di antara negara-negara tersebut. Menurutnya, jika dirinya terpilih menjadi presiden ke depan, ia akan menyikapi kondisi tersebut dengan selalu bersikap hormat dan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan negara mana pun.

“Jika Anda bertanya kepada saya, kita harus memberi penghormatan kepada kekuatan-kekuatan besar ini. Kita juga harus menghormati dan menjalin hubungan baik dengan India, negara-negara Islam dan lainnya. Jadi pada dasarnya Indonesia dalam filosofi saya adalah 1.000 teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. “Ini mudah disampaikan, tapi tidak mudah dilaksanakan,” tegasnya.

Terkait Palestina, kata Prabowo, sikap Indonesia dari beberapa pemerintahan sebelumnya sudah sangat jelas dan tidak akan berubah, yakni selalu mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk mempunyai negara dan kemerdekaan sendiri.

Sebagai Menteri Pertahanan, dia menawarkan pengiriman kapal rumah sakit. Prabowo juga mengatakan dirinya menawarkan untuk menerima pejuang dari Gaza agar bisa berobat di Indonesia.

“Kalau pemerintah terlibat dan mengizinkan, dan saya sudah bicara dengan presiden saya, dan dia setuju, kita bisa menerima banyak korban untuk datang dan berobat di Indonesia. Kita punya 110 rumah sakit militer, semua rumah sakit ini akan terbuka untuk korban. pejuang di Gaza. Jadi kebijakan kita tidak berubah dan tidak akan pernah berubah. “Kami mendukung kemerdekaan Palestina berdasarkan resolusi PBB dan saya kira ini adalah satu-satunya solusi permasalahan Palestina,” pungkas Prabowo. [gi/em]

Tinggalkan Balasan