Jarang Lihat Kunang-kunang, Rumah Konservasi di Gianyar Ketir-ketir

KILATNUSANTARA.COM, Gianyar: Populasi kunang-kunang menurun akibat hilangnya habitat. Diperkirakan terdapat 2000 spesies kunang-kunang di berbagai negara.

Pendiri Rumah Konservasi Kunang-Kunang, Gianyar, Bali, I Wayan Wardika mengaku khawatir atau prihatin dengan penurunan drastis populasi kunang-kunang. Wayan mencontohkan, pada tahun 2000 masih ada kunang-kunang di Ubud, Bali.

“Saya punya pengalaman, saya pernah studi tahun 2000. Di Ubud masih ada kunang-kunang. Lalu 24 tahun kemudian tidak ada kunang-kunang, dan siapa yang bisa menjamin 24 tahun ke depan masih ada kunang-kunang?” kata Wyanne pada pertemuan rri.co.id di Firefly Conservation House, Sabtu (27/4/2024).

Wayan mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya habitat kunang-kunang, hal ini menyebabkan populasi kunang-kunang menurun. Pertama, pengalihan fungsi lahan menjadi perumahan, hotel, dan lain-lain.

Perubahan penggunaan lahan menyebabkan hilangnya habitat kunang-kunang. Padahal, hewan yang memiliki cahaya terang akan hidup jika ekosistemnya gelap dan vegetasi perairannya bersih.

“Yang kedua adalah polusi, jadi semakin terang malam, semakin sulit berkomunikasi (kunang-kunang). Kondisi polusi udara otomatis menghambat kenyamanan dan pemukiman kembali,” kata Wayan.

Ketiga, meningkatnya penggunaan pestisida mempercepat kepunahan kunang-kunang. Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya menyebabkan hilangnya mikroorganisme yang menjadi makanan kunang-kunang.

Wayan mengatakan, keberadaan kunang-kunang membawa pesan penting, yakni agar manusia peka terhadap lingkungan. Kehadiran kunang-kunang juga merupakan pertanda lingkungan sehat, artinya jika kunang-kunang masih ada berarti lingkungan bagi manusia dalam keadaan baik.

“Kunang-kunang akan hidup di air dan tanah yang sehat serta udara yang bersih. Jika tidak ada kunang-kunang, maka satu atau dua atau bahkan tiga komponen tidak ada.”

“Kunang-kunang memberikan pesan kepada warga bumi untuk peka terhadap perlindungan lingkungan. Berapa banyak sumber daya alam yang dimanfaatkan, namun masih perlu memberikan ruang lain bagi makhluk lain, termasuk kunang-kunang,” ujarnya.

Pendiri Rumah Konservasi Kunang-Kunang, I Wayan Wardika menjelaskan produksi pupuk non-pestisida, Sabtu (28/4/2024). Penggunaan pupuk non-pestisida merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup kunang-kunang. (Foto: Sugandi/RRI).

Pihaknya mendirikan Rumah Konservasi Kunang-Kunang sebagai upaya menjaga populasi kunang-kunang. Cagar alam untuk prialuasnya mencapai 25 ribu meter persegi dan merupakan tanah keluarga.

“Rumah Konservasi Kunang-kunang bertujuan untuk melestarikan tingkat populasi kunang-kunang melalui penelitian, studi dan eksperimen untuk membantu meningkatkan jumlah kunang-kunang. Tujuan dari Rumah Konservasi Kunang-kunang ini adalah untuk melepasliarkan mereka ke alam liar,” ujarnya.

Dikutip dari berbagai sumber, kunang-kunang merupakan salah satu jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang terlihat jelas di malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh sinar dingin yang tidak mengandung sinar ultraviolet atau inframerah.

Ia memiliki panjang gelombang 510 hingga 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau. Efisiensi sinar bisa mencapai 96 persen.

Kunang-kunang termasuk dalam kelompok Lampyridae yang merupakan famili kumbang dalam ordo Coleoptera. Terdapat lebih dari 2.000 spesies kunang-kunang yang dapat ditemukan di empat musim dan wilayah tropis di seluruh dunia.

Spesies ini banyak ditemukan di rawa-rawa atau hutan basah. Karena persediaan makanan untuk larvanya banyak.


Exit mobile version