Mirip Cappadocia, Festival Balon Udara Wonosobo Diburu Wisatawan

KILATNUSANTARA.COM, Jakarta: Festival Balon Udara di Wonosobo, Jawa Tengah, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat Idul Fitri 2024. Festival yang selalu berlangsung setiap Idul Fitri ini digelar di Desa Kembaran, Kalikajar, Wonosobo.

Ratusan balon warna-warni beterbangan di udara berpadu dengan kesegaran alam dan pesona pegunungan di sekitarnya menciptakan pemandangan indah bagi wisatawan. Maka tak heran jika festival ini selalu ramai pengunjung sehingga banyak wisatawan yang mengira suasananya mirip dengan Cappadocia, Turki.

Bedanya, balon udara milik masyarakat Wonosobo tidak bisa dinaiki wisatawan. Sementara itu, ketinggian terbang juga dibatasi maksimal 150 meter.

Meski demikian, para wisatawan tetap antusias menyaksikannya. Gambar dan video mengenai festival ini pun menjadi viral di media sosial.

“Inilah yang paling kami nantikan saat lebaran di Wonosobo. Menonton festival balon udara di Wonosobo, di lapangan si Kembar Wonosobo,” kata wisatawan di akun TikTok @CappadociaWonosobo, dikutip RRI.co.id, Jumat (4/12/2024).

Suasana Festival Balon Udara di Wonosobo dari foto udara dengan kamera drone. (Foto: TikTok@mdzfahmi)

Anehnya, wisatawan yang ingin menyaksikan festival balon tersebut tidak dipungut biaya. Pengunjung yang ingin menyaksikan balon terbang sebaiknya datang pagi hari.

“Harga tiket masuk (HTM) gratis. Festivalnya dimulai pukul 06.00-08.00 WIB,” ujar akun TikTok saat menjawab pertanyaan netizen.

Kementerian Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan selama Ramadan-Lebaran 2024. Salah satu acara yang disiapkan Disporapar Jawa Tengah adalah Festival Mudik di Rumah Tahun 2024 dan Balon Udara di Kabupaten Wonosobo.

Kepala Disporapar Jateng Agung Hariyadi mengatakan, Festival Mudik 2024 dan balon udara harus mendongkrak pariwisata di wilayahnya. “Sehingga bisa menumbuhkan dan memperkaya warisan pariwisata Jawa Tengah,” kata Agung kepada wartawan, Selasa (19/3/2024).

Menurut situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, balon tradisional Wonosobo sudah ada sejak pertengahan tahun 1920-an. Menurut opini masyarakat, penemunya adalah Atmo Gopper (1898 – 1978).

Atmo adalah seorang tukang cukur ahli asal Krakal Tamanan, Desa Karangluhur, Kecamatan Kertek. Ia juga dikenal sebagai perajin lampion, sangkar burung, dan pemusik rebana (terbang).

Penciptaan Atmo terinspirasi dari pendaratan balon udara bersama penumpang. Tepatnya, ia menyaksikan Alun-alun Wonosobo saat masih muda.

Balon pertama Atmo terbuat dari kertas pilus (penduduk setempat menyebutnya kertas kripik) yang dipadukan dengan kertas payung. Saat itu bahan-bahan tersebut masih merupakan barang mewah dan mahal yang harus dipesan dari kota Semarang.

Pilihan warna kertas pilus masih sangat minim yaitu putih dan hijau. Baru pada tahun 1960-an stok kertas pilus atau krep dengan pilihan warna yang lebih banyak mulai dijual di beberapa toko.

Bahan baku ini biasanya dibeli dengan dana masyarakat. Sedangkan bahan lainnya seperti lem dibuat dengan tangan menggunakan parutan singkong yang diperas dan dimasak hingga menjadi lengket.

Pengeleman menggunakan potongan kain yang dilipat dan dimasukkan ke dalam bambu kecil. Penerbangan balon Atmo yang pertama berlangsung di depan Masjid Krakal Tamanan disaksikan massa warga sekitar.

Pada tahun-tahun berikutnya, kisah balon Krakal Tamanan semakin tersebar luas di wilayah sekitarnya. Tradisi ini juga Inilah saat yang ditunggu-tunggu masyarakat.


Exit mobile version