Tempuh Perjalanan Puluhan Jam Demi Pulang Kampung

KILATNUSANTARA.COM, Jambi: Kepulangan menjadi momen yang dinantikan para perantau di setiap libur Idul Fitri. Untuk menjalankan tradisi tersebut, masyarakat rela berjuang untuk bisa berkumpul kembali dengan kerabat di kampung halaman.

Selain mengalami kesulitan ekonomi, banyak orang yang rela menempuh perjalanan ribuan kilometer untuk pulang ke rumah. Salah satunya adalah Muammar Alif (28).

Ia rela menempuh perjalanan kurang lebih 35 jam dari Bekasi hingga Jambi. Ia sedang melakukan perjalanan pulang bersama istri, anak, adik dan kedua orang tuanya yang berasal dari Jambi.

“Kami berangkat dari Bekasi pukul 13.00 siang (Sabtu, 6 April 2024), berangkat dengan konvoi dua mobil (bersama keluarga). Pukul 16.00 WIB kami terjebak kemacetan di pintu Tol Cikupa, kami terhenti sekitar 5 km selama satu jam (tidak bergerak),” ujarnya kepada RRI, Selasa (09/04/2024).

Setelah melewati pintu tol Cikupa, perjalanan dilanjutkan menuju tol Merak. Jadi, mulai saat ini dia terjebak kemacetan panjang hingga ke Pelabuhan Merak.

“Keluar dari pintu Tol Merak di km 95, kalau tidak salah waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, (jalan) mulai merayap naik. Pukul 23.00 WIB baru masuk ke Dermaga Eksekutif Merak,” ujarnya.

Karena banyaknya penumpang, Alif mengaku terjebak berjam-jam di Pelabuhan Eksekutif Merak. Ia dan keluarganya harus rela mengantri sekitar 5-6 jam untuk naik kapal dan menyeberang.

“Akhirnya jam 03.30 WIB subuh kami naik kapal, setelah naik kapal jam 04.00 WIB kami berangkat. Kemudian sekitar setengah perjalanan pukul 06.15 WIB kami mulai mendarat di Pelabuhan Bakauheni di Lampung,” ujarnya.

Foto antrian penumpang di Pelabuhan Eksekutif Merak, Banten, Sabtu (6/04/2024). (Foto: Muammar Alif)

Setelah Pelabuhan Bakauheni perjalanan dilanjutkan menuju palembang. Ia mengatakan perjalanan sangat lancar karena berada di tol Bakauheni-Palembang.

Pukul 06.00 WIB kami mulai masuk tol, pukul 11.00 WIB kami keluar dari Palembang, ujarnya. Dari arah Palembang, ia melanjutkan perjalanan melalui jalur Sumatra-Palembang-Jambi.

Kemudian menuju ke kabupaten Betoeng untuk naik ke Jambi. “Kami kira di sana (Palembang) sudah ada tol Palembang-Betong, kami cari-cari dan tidak ketemu tol Palembang-Betong,” ujarnya.

Di sini dia terjebak kemacetan sampai jam 5 sore. Seperti diketahui, kawasan Betoeng viral di media sosial karena terjadi kemacetan parah pada Jumat (5/4/2024).

“Ternyata di Betoeng juga terjadi kemacetan, mulai macet sebelum Simpang Betoeng tembus. Itu posisinya banyak orang yang lalu lalang, ada yang masuk, di sebelah kiri, ada yang masuk,” ujarnya.

Setelah 5 jam, ia dan rombongan berhasil meninggalkan kawasan Betoeng menuju kawasan Banyuasin. “Mulainya masuk ke Musi Banyuasin masih lancar,” ujarnya.

Ia pun beristirahat di sebuah SPBU yang menurut banyak orang milik Hatta Rajasa. Masalah selanjutnya terjadi karena SPBU tersebut kehabisan bahan bakar.

“Saya mau cari bensin, kalau tidak punya pertamax ternyata pertalite habis, disitulah habis. Saya kira itu saja, kita jalan terus, ketemu lagi di SPBU dan habis lagi,” ujarnya.

Keadaan diperparah dengan kemacetan di kawasan Sungai Lilin. Dia tiba di lokasi saat pembekalan.

“Setelah berjam-jam kami temukan banyak orang yang berjualan makanan, ditutup (jalan) seolah-olah dijaga polisi. Kita antre lagi,” ujarnya.

Kepadatan juga terjadi di Kecamatan Bayung Lencir. “Masih lebat merambat (di Banyung Lencir),” ujarnya.

“Saya mampir ke masjid, saya salat, saya istirahat, lalu saya menemukan bensin di toko retail, jadi saya mengisinya di sana. Akhirnya dari situ kami berlayar dengan lancar menuju Jambi, tiba di Jambi pada pukul 00.30 WIB malam, ”ujarnya.

Dari pengalamannya selama 35 jam perjalanan, ia mengatakan perjalanan tersulit adalah di Pelabuhan Merak. “Di Merak, dibutuhkan waktu kurang lebih 12 jam dari KM 95 (Tol Merak) untuk menaiki kapal,” ujarnya.

Selain Merak, jalur Sumatera khususnya Kecamatan Betoeng dan Sungai Lilin juga merupakan jalur tersulit. Ia dan keluarganya terjebak di jalur ini setidaknya selama 5 jam.

“Yang paling berat dari Palembang-Betoeng-Sungai Lilin. Karena macet orang loncat-loncat dari kiri ke kanan,” ujarnya.

Meski memakan waktu lama, ia merasa senang bisa kembali pulang ke kampung halamannya. “Di Jambi banyak keluarga, keluarga orang tua dan keluarga istri,” ujarnya.


Tinggalkan Balasan