Bakti untuk Warloka, Sinyal Kuat dari ‘Toro Ina Hena’

KILATNUSANTARA.COM, Warloka Pesisir: Sekiranya kita pernah mempelajari sepenggal kalimat dari teks “nenek moyangku adalah pelaut” semasa kecil, mungkin ketika kita dewasa kita akan sedikit sedih. Sebab tidak semua dari kita berasal dari keluarga pelaut atau nelayan.

Di Mangarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kabupaten Komodo, anak muda sepertinya lebih berhak menyanyikan lirik-lirik tersebut. Terutama mereka yang lahir dan besar di Desa Warloka Pesisir, sebuah desa yang terletak di antara perbukitan savana yang eksotis berpadu dengan panorama gugusan pulau yang memukau.

Tim Humas BAKTI Kominfo saat berkunjung ke BTS Akses Internet (ASI) BAKTI Kominfo dan Menara Vsat di Bukit Semenanjung Toro Ina Hena, Desa Warloka Pesisir, Kamis (8/2/2024) (Foto: RRI/ Cecep Jaidin)

Namun kali ini bukan tentang profesi nelayan yang tentunya sudah paham dengan cara memancing yang ingin penulis tulis. Namun apakah masyarakat nelayan di Desa Varloka yang artinya ‘Ada Buah’ ini sudah melek teknologi di era digital ini?

Kalaupun sudah tahu perangkatnya, apakah Warloka Pesisir sudah ada sinyalnya? Saya juga penasaran.

Namun serasa di desa yang dikelilingi perbukitan, ponsel hanya bisa digunakan untuk berfoto. Atau sekadar menghitung harga jual ikan hasil tangkapan di pelelangan.

Perasaan tersebut menurut saya wajar karena Desa Warloka Pesisir merupakan pesona Labuan Bajo, sebagai destinasi wisata super premium Indonesia. Warloka Pesisir langsung berharap ke Pulau Rinka dan Taman Nasional Komodo yang menjadi tempat wisata dunia.

Siang hari penulis dan dua rekan jurnalisnya menuju Desa Warloka Pezisir, dari pusat Labuan Bajo yang berjarak sekitar 20 kilometer. Jalan aspal yang bergelombang memandu keempat roda van untuk kenyamanan pergerakan.

Setelah perbukitan karang, persawahan kering, dan sesekali hutan bakau, kami disuguhi pemandangan pantai dengan pantulan langit biru. Kalau begitu, berarti kampung Warloka Pesisir dekat, maka tak butuh waktu lama kami pun sampai, disambut dengan sapa hangat warga Warloka, bak saudara yang sudah lama tidak berjumpa.

Junaidi, salah satu warga yang penulis ajak bicara mengatakan, di Warloka terdapat 251 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 1.021 jiwa. Kepala keluarga sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, seperti menjaring, menangkap ikan, dan memetakan atau menangkap ikan di laut lepas.

Seorang ibu Sirloka Pesisir bermain gadget sambil duduk di pangkuannya, Kamis (8/2/2024) (Foto: RRI/Cecep Jaidin)

Soal sinyal, Junaidi yang juga Kepala Dusun Warloka mengatakan, sangat bagus dibandingkan beberapa tahun lalu. Hal itu, kata dia, tak lepas dari kehadiran menara Base Transceiver Station (BTS) milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

“Dari segi komunikasi (membantu). Sama seperti kami para nelayan, jika mesin perahunya rusak di tengah laut, bisa lapor ke desa untuk dimintai pertolongan, padahal sebelumnya tidak bisa,” kata Junaidi.

Tim Humas BAKTI Kominfo saat berkunjung ke Kantor Desa Warloka. Tampak kiri perangkat Vsat dari akses Internet (ASI) BAKTI Kominfo (Foto: RRI/Cecep Jaidin)

“Sejauh ini cukup bagus, kalau kita ke selatan menuju Gilimotang masih bisa diakses. Khususnya bagi pelajar, kantor desa atau di pustoo (puskesmas pembantu),” ujarnya.

“Dulu kami harus ke desa Thiu Nampar, desa tetangga. Sulit sekali karena jalannya belum seperti itu (aspal baru, Red.),” ujarnya.

Tak hanya itu, menurut Junaidi, kecepatan internet yang lancar juga sangat membantu untuk pengiriman uang. “Sekarang sudah ada tempat kirim uang di sini, tidak perlu ke Labuan Bajo lagi,” kata ayah empat anak ini.

Abdul Mana, guru operator SMPN 7 Komodo di Tower BTS Kominfo di Bukit Semenanjung Toro Ina Henna, Kamis (8/2/2024) (Foto: RRI/Cecep Jaidin)

Pernyataan Junaidi senada dengan yang disampaikan Abdul Mana, guru kameramen SMPN 7 Komodo. Baik guru maupun siswa sangat terbantu dengan adanya peringatan yang diberikan BAKTI Kominfo.

Saya pun setuju karena sesampainya di Desa Warloka, saya sudah berkali-kali mengecek ponsel dan berkomunikasi tanpa ada kendala sinyal. “Sebelum BAKTI ini, saya terpaksa ke Labuan Bajo untuk induksi dan sinkronisasi dengan Dapodik, sehingga harus menginap selama sehari,” kata Abdul Mana.

“Nah, setelah BAKTI ini sinkronisasi bisa dilakukan dari rumah, dari sekolah. Jadi ini sangat berguna bagi kami.”Sinyal yang kuat juga sangat membantu anak-anak di masa ini Ujian Sekolah Berbasis Komputer (USBK).

Seorang siswa SMPN & Komodo mengerjakan soal saat Ujian Sekolah Berbasis Komputer (USBK) (Foto: Abdul Mana/ist)
Panorama tower BTS Kominfo (puncak bukit) dengan SMPN 7 Komodo (kiri bawah bukit) di bukit semenanjung Toro Ina Hena, Kamis (8/2/2024) (Foto: RRI/Cecep Jaidin)

SMPN 7 Komodo sendiri letaknya tidak jauh dari tower BTS BAKTI Kominfo. Puncak bukit menghadap Selat Molo.

Bedanya tower BTS BAKTI berada di atas sedangkan SMPN7 hampir berada di semenanjung. Mana mengatakan, masyarakat desa tersebut sudah lama menyebut Semenanjung Toro Ina Hena yang artinya Tanjung Mama Hena.

Ini sangat mengejutkan saya. Proyek pembangunan penyediaan layanan digital di daerah perbatasan, terluar, dan tertinggal (3T) mulai terasa.

Pada akhirnya tinggal bagaimana mengurus hartanya bersama-sama. Sehingga apa yang dirasakan juga tetap terjaga seiring berjalannya waktu.


Tinggalkan Balasan